KACAU… KACAU…!!!Kenapa harus cewek itu yang terpikir di otak gue saat ini!!, batin seorang cowok yang sedang mondar-mandir di kamar sambil menggaruk rambutnya.Sudah dari sejam yang lalu ia berjalan seperti itu. Berusaha menjernihkan otaknya dari ingatan-ingatan yang tak pernah sekalipun ia berusaha pertahankan, malah ingatan itu berusaha ia hilangkan. Namun semakin ia berusaha sekuat tenaga untuk menghilangkannya, ingatan tentang gadis itu malah terus menari-nari.Apa yang bakal dibilang sama temen-temen gue kalo senadainya mereka tau sama siapa gue jatuh cinta? Terus mantan gue? Citra gue di sekolah?, AAAGGH!!...., kembali ia mengacak rambutnya dan menutup wajahnya.Ia kembali teringat saat pertama kali gadis itu hadir di hidupnya.Awal yang singkat. Hanya sebatas dua orang yang sedang terjebak hujan dalam naungan sebuah halte bis. Saling memberi komentar tentang hujan, kemudian berkenalan. Semenjak itulah ia mengetahui bahwa gadis itu bernama Sari.Tanpa disangka, ternyata dihari berikutnya ia dikejutkan oleh hadirnya gadis itu di kelasnya sebagai anak baru. Anehnya hanya dia satu-satunya orang di situ yang tak memendam senyum geli seperti semua teman-temannya. Ia malah tersenyum melihat gadis itu memperkenalkan diri yang dibalas senyuman juga olehnya.Dan di hari-hari setelah itu. Hanya dengan hitungan hari, namanya telah mengisi disetiap penjuru kelas. Tak ada yang tak mengetahui namanya. Bukan karena ia cantik, tapi karena penampilannya yang biasa-biasa saja juga karena kejeniusannya. Belum sebulan ia menetap, namun ia telah mampu mengharumkan nama sekolah dengan 2 piala olimpiade sekaligus yang berhasil ia sabet.Selain itu, dia juga terkenal pendiam, baik hati dan suka menolong. Beberapa kali gadis itu terlihat olehnya sedang membawa berpuluh-puluh buku tugas murid untuk diantarkan keruang guru. Beberapa kali pula ia terlihat olehnya saat selesai latihan basket,gadis itu pulang pada sore hari karena baru saja selesai membantu penjaga sekolah membersihkan seluruh wilayah sekolah.Bila ia ditanya mengapa ia bisa menyukai gadis itu, pasti jawaban pertama yang terlontar adalah karena senyum gadis itu manis. Manis banget. Karena setiap kali mereka berpapasan, gadis itu pasti selalu menyunggingkan senyum lebarnya padanya. Namun….Ia bimbang, baru tadi pagi cewek cantik yang bertitel model itu datang padanya untuk memintanya berbaikan lagi setelah 2 minggu yang lalu mereka putus. Padahal saat disekolah tadi, ia hampir berhasil mengungkapkan isi hatinya pada gadis bernama Sari itu. Tapi tangannya malah langsung ditarik paksa oleh cewek bernama Vira itu.Yang sangat ia sayangkan dari Vira adalah bahwa gadis itu adalah bunga sekolah, berpuluh-puluh cowok ditolaknya mentah-mentah kecuali dirinya, maka sangat pantaslah bila ia menjadi sosok irian teman-temannya. Sangat beruntunglah ia bila mendapatkan sanjungan-sanjungan itu.AAAGGHH!! Cowok itu menghempaskan tubuhnya kekasur. Dilihatnya kembali foto-foto Sari yang tergeletak begitu saja diatas seprai. Telah beberapa kali ia foto gadis itu tanpa sepengetahuannya. Dari mulai cemberutnya sampai senyum juga tawanya yang membuat ia ikut tersenyum-senyum sendiri saat melihatnya.Yang ia sayangkan dari cewek berkacamata itu adalah penampilannya yang era 70-an. Wajah kusut, rambut acak-acakan dan gaya berpakaiannya yang terkesan sangat rapi.Baiklah……, gue udah memutuskan buat siapa cinta gue besok. Katanya tiba-tiba. Kemudian diambilnya bantal dan guling. Ia beranjak tidur. ****Dengan langkah tegap, ia lewati gerbang sekolah. Kemudian tesenyum pada beberapa kawannya yang ia temui. Hari ini ia telah membuat keputusan. Ia harus bisa mengatakannya pada orang itu. Dicarinya sosok gadis itu disetiap kelas juga koridornya. Tiba-tiba tatapannya jatuh pada seorang gadis yang sedang bercengkrama ria bersama sahabat-sahabatnya di pintu kelas. Dengan cepat dihampirinya ia dan ditariknya tangan lembut itu dengan tergesa-gesa.“Diaz, lo mau bawa gue kemana?” tanya gadis itu bingung.Tanpa menghiraukan pertanyaannya, Diaz tetap menarik tangannya menuju lapangan basket yang ada didepan gedung sekolah mereka. Saat ia telah sampai di tengah, dilpaskannya tangan Vira, lalu ia berbalik menatap matanya. Diaz pun menarik nafas panjang menenangkan gemuruh dihatinya.“gue masih suka sama lo, gue nggak rela lo jadi milik orang lain, makanya gue pengen balikan lagi sama lo.” Akhirnya keluar juga kata-kata itu dari mulutnya sejak tadi pagi ia persiapkan dengan matang.Vira menatap dari balik bulu matanya dengan penuh senang. Akhirnya ia bisa juga mendengar kata-kata itu terlontar dari cowok penggila bola dan basket yang menjadi idaman semua cewek seantero sekolah. Cowok berbadan bidang dengan otak yang luar biasa cemerlang. Ia nggak rela cowok itu lari dari genggamannya. Maka sangat pantaslah saat kemarin siang ia beranikan diri untuk mengajak cowok itu kembali bersamanya.Dengan perlahan namun pasti, ditatapnya tatapan semua teman-temannya yang melihat iri pada mereka berdua. Kemudian dengan senyum merekah, ia menganggukkan kepala.Melihat respon baik dari Vira, Diaz langsung memeluk gadis itu, diikuti oleh tepuk tangan yang terdengar dari sekeliling mereka.Namun tiba-tiba suara Soni yang cempreng berteriak. “woi…., ada mobil limosin!!”Sontak seluruh orang menoleh kea rah dimana tunjukan cowok itu.Seluruh murid yang ada terkagum-kagum saat mobil mewah itu berhenti tepat dihadapan mereka, juga dihadapan Diaz dan Vira. Kemudian dari dalam, keluarlah seorang gadis berambut panjang sebahu yang tergerai. Awalnya mereka mengira gadis cantik itu adalah bintang film yang baru mau masuk sekolah mereka, namun saat mereka meneliti lagi ternyata gadis itu adalah Sari. Sontak mereka semua terkejut tidak terkecuali Diaz yang langsung melepaskan genggaman tangannya dari Vira.“Sari?” sapanya setengah bertanya tak percaya.Gadis yang bernama Sari itu tersenyum saat Diaz memanggil namanya. Kemudian dihampirinya cowok itu. Sari mengulurkan tangan. Diaz pun menjabatnya.“sebelumnya maaf karena aku telah menyukaimu selama sebulan ini. Dan aku juga ingin mengucapkan terima kasih atas cinta yang pernah kamu ajarkan buat aku, walaupun kamu nggak pernah tau bahwa aku jatuh cinta sama kamu saat pertama kali kita bertemu dihalte itu. Hingga aku berbuat nekat memohon pada ayah, agar aku diizinkan untuk bersekolah disekolah yang sama denganmu sebulan selama liburku di sekolah. Aku hanya ingin mengenalmu. Dan ternyata dugaanku benar bahwa kamu bukan tipe orang yang hanya melihat penampilan fisik seseorang, melainkan hatinya. Kamu nggak pernah sekalipun tertawa saat semua orang mengejekku karena penampilan udikku. Sebaliknya, kamu malah selalu tersenyum ramah setiap kita bertemu.” Katanya panjang lebar.“awalnya aku berfikir bahwa dengan kecantikan, aku bisa membeli cinta dan persahabatan. Tapi ternyata dugaanku salah. Ternyata saat aku buruk rupapun masih ada orang yang melihat aku dengan tidak hanya sebelah mata. Dan orang itu adalah kamu.”Sari menatap Vira yang cemberut dibelakang, memendam kekesalannya. “tapi tenang aja, aku nggak kan mengganggu kalian lagi. Aku hanya ingin mengucapkan kata perpisahan sebelum aku pergi ke Ausie karena liburanku yng udah berakhir. Aku harap kalian berdua nggak akan terpisahkan lagi.”Lalu ia menatap teman-temannya bergantian. “terima kasih ya karena kalian udah mengajarkan ku bahwa persahabatan itu bukan dilihat dari penampilan, tetapi dari hati.” Tatapannya kembali beralih ke Diaz. “selamat tinggal Diaz.” Katanya sambil melepaskan genggaman tangannya.Akhirnya Sari kembali masuk ke dalam mobil limosinnya, yang kemudian mobil itu pergi dari pelataran sekolah.Diaz hanya diam mematung. Berusaha memahami bahwa ini semua bukan mimpi. Ia masih diam saat Vira memanggil namanya.Dalam hati, ia kembali terngiang-ngiang akan kata-kata Sari. Kamu bukan tipe orang yang hanya melihat penampilan fisk seseorang, melainkan hatinya….. kamu bukan tipe orang yang hanya melihat penampilan fisik seseorang, melainkan hatinya……Diaz menggeleng perlahan. Kamu salah Sari… kamu salah….Kemudian dunia berputar disekelilingnya. Lalu gelap.Hal yang terakhir ia dengar hanyalah suara jeritan Vira yang memanggil-manggil namanya.
http://cerpen.net/cerpen-remaja/kalo-cinta-jujur-aja.html
Cari Blog Ini
Jumat, 21 Januari 2011
Sabtu, 15 Januari 2011
kenangan terindah
" ahelah bru juga libur , masa udh masuk lagi ?? bosen ahhh .. masi mau liburan " tutur lisa .
" yah , emang kamu ga kangen sma cowo kamu ?? " ejek mamanya .
lisa pun tersipu malu , dan pergi ke kamarnya .
sebenernya lisa sedang ada konflik dengan pacarnya yaitu jack . selama liburan lisa miss contact dengan jack .
keesokan paginyapun dengan semangat lisa bangun dari tempat tidurnya dan langsung bergegas mandi . lisa tak sabar untuk kembali masuk sekolah , karena ia rindu dengan jack walaupun sebenarnya ia punya konflik .
" lisa , katanya kamu males masuk sekolah ?? kok sekarang kamu semangat gitu ? " kata mamanya . " mau ketemu jack mam " balas lisa dengan wajah berseri .
dengan terburu buru lisa langsung bergegas naik mobil dan pergi ke sekolah .
sesampainya di sekolah , lisa langsung menaruh tas nya dan bergabung dengan teman temannya . ternyata di kelas nya ada anak baru , cewe namanya sasa .
wktu pertama lisa liat sasa , ada perasaan tidak enak . banyak teman teman lisa yang bilang " ati ati lis , nanti si jack suka sma cwe baru itu lgi " tp dengan PD nya lisa selalu mengatakan tidak pada teman temannya .
akhirnya orng yang lisa tinggu tunggupun datang , jack akhirnya datang ..
lisa pun langsung menyapa jack dengan semangat , tpi jack malah jalan dan tak mempedulikan lisa . lisa bertanya tanya dalam hatinya , ada apa dengan jack .
kringgg ... akhirnya bel masuk berbunyi . lisa pun bergegas masuk .
pas pelajaran pertama , jack selalu melihat sasa . bukan lisa .
lisapun tesentak diam dan membisu , dalam hatinya selalu bertanya tanya , apa yang di katakan temen temen gw bener ya ?? jack bisa suka sama sasa .
tba'' jack memanggil lisa , " lis , kita putus"
lisa hanya diam , dan tak bisa berkata apa apa . tba tiba air mata membasahi pipinya . lisa masih tidak percaya dengan apa yang di katakan jack .
hari itu lisa benar benar tak bisa tahan untuk menangis , hri hari ia jalanin dengan tangisan , melihat jack dekat dengan sasa .
hari berlalu , kesdihan lisa tak kunjung sembuh
akhirnya tangis lisa tak bisa di tahan lagi , lisa pun berlari ke tempat favoritenya di sekolah untuk melampiaskan semua amarah , kesedihannya .
tba tiba sahabat lisa , joana datang menghampiri lisa . "lis , kamu kenapa ? kok temen temen pada bilang kalo kamu putus dengan jack ? " tutur joana . " iya jo , gw putus " singkat lisa .
" lisa , lu ga boleh gini terus , lu harus kuat , meskipun jack bukan milik lo lagi , tapi lu harus relain dya , lu ga boleh kaya gini terus , bengong stiap hari , makan juga jarang , lu ga bisa kaya gini , lu harus kuat dan tegar , klo wktu gw putus sma jordy , lu bisa kuatin gw , tp kenapa lu engga ?? " jelas joana
" tapi jo , gw syng bgt sma jack , buat gw dya cinta sejati gw . " sahut lisa
" ya gw tau , tp lu hrus bisa , katanya lu bakal seneng kalo liat dya seneng , sekarang waktunya lu tunjukin " jelas joana
akhirnya lisa pun mengerti dan mencoba untuk tegar
http://cerpen.net/cerpen-cinta/kenangan-terindah_1.html
" yah , emang kamu ga kangen sma cowo kamu ?? " ejek mamanya .
lisa pun tersipu malu , dan pergi ke kamarnya .
sebenernya lisa sedang ada konflik dengan pacarnya yaitu jack . selama liburan lisa miss contact dengan jack .
keesokan paginyapun dengan semangat lisa bangun dari tempat tidurnya dan langsung bergegas mandi . lisa tak sabar untuk kembali masuk sekolah , karena ia rindu dengan jack walaupun sebenarnya ia punya konflik .
" lisa , katanya kamu males masuk sekolah ?? kok sekarang kamu semangat gitu ? " kata mamanya . " mau ketemu jack mam " balas lisa dengan wajah berseri .
dengan terburu buru lisa langsung bergegas naik mobil dan pergi ke sekolah .
sesampainya di sekolah , lisa langsung menaruh tas nya dan bergabung dengan teman temannya . ternyata di kelas nya ada anak baru , cewe namanya sasa .
wktu pertama lisa liat sasa , ada perasaan tidak enak . banyak teman teman lisa yang bilang " ati ati lis , nanti si jack suka sma cwe baru itu lgi " tp dengan PD nya lisa selalu mengatakan tidak pada teman temannya .
akhirnya orng yang lisa tinggu tunggupun datang , jack akhirnya datang ..
lisa pun langsung menyapa jack dengan semangat , tpi jack malah jalan dan tak mempedulikan lisa . lisa bertanya tanya dalam hatinya , ada apa dengan jack .
kringgg ... akhirnya bel masuk berbunyi . lisa pun bergegas masuk .
pas pelajaran pertama , jack selalu melihat sasa . bukan lisa .
lisapun tesentak diam dan membisu , dalam hatinya selalu bertanya tanya , apa yang di katakan temen temen gw bener ya ?? jack bisa suka sama sasa .
tba'' jack memanggil lisa , " lis , kita putus"
lisa hanya diam , dan tak bisa berkata apa apa . tba tiba air mata membasahi pipinya . lisa masih tidak percaya dengan apa yang di katakan jack .
hari itu lisa benar benar tak bisa tahan untuk menangis , hri hari ia jalanin dengan tangisan , melihat jack dekat dengan sasa .
hari berlalu , kesdihan lisa tak kunjung sembuh
akhirnya tangis lisa tak bisa di tahan lagi , lisa pun berlari ke tempat favoritenya di sekolah untuk melampiaskan semua amarah , kesedihannya .
tba tiba sahabat lisa , joana datang menghampiri lisa . "lis , kamu kenapa ? kok temen temen pada bilang kalo kamu putus dengan jack ? " tutur joana . " iya jo , gw putus " singkat lisa .
" lisa , lu ga boleh gini terus , lu harus kuat , meskipun jack bukan milik lo lagi , tapi lu harus relain dya , lu ga boleh kaya gini terus , bengong stiap hari , makan juga jarang , lu ga bisa kaya gini , lu harus kuat dan tegar , klo wktu gw putus sma jordy , lu bisa kuatin gw , tp kenapa lu engga ?? " jelas joana
" tapi jo , gw syng bgt sma jack , buat gw dya cinta sejati gw . " sahut lisa
" ya gw tau , tp lu hrus bisa , katanya lu bakal seneng kalo liat dya seneng , sekarang waktunya lu tunjukin " jelas joana
akhirnya lisa pun mengerti dan mencoba untuk tegar
http://cerpen.net/cerpen-cinta/kenangan-terindah_1.html
Ketulusan dan Keikhlasan Cinta
Awal perkenalan Rasha dan Mike,Rasha sudah merasakan sesuatu yang tak biasa dalam hatinya. Rasha berusaha mencegah agar perasaan itu tidak semakin tumbuh. Dan Rasha berusaha mematikan perasaan itu,karena Rasha sudah mempunyai kekasih dalam hatinya,begitupun dengan Mike.
Tetapi,entah mengapa perasaan itu justru semakin tumbuh dan semakin besar. Tak dapat dipungkiri,Rasha sayang kepada Mike. Bahkan Rasha cinta kepada Mike.
Semakin hari,Mike semakin dekat dengan Rasha.Mike sering main ke rumah Rasha,mereka sering sekali bercanda,bercerita,dan saling curhat.
Rasha merasa nyaman saat berada di dekat Mike,tapi tidak tahu halnya dengan perasaan Mike kepada Rasha.
Suatu hari,pada hari Sabtu,11 September 2010,Mike menyatakan perasaannya kepada Rasha,bahwa Mike sayang dan cinta kepada Rasha.
Saat itu Rasha sangat kaget dengan pernyataan Mike yang tidak pernah Rasha duga. Rasha sangat bingung karena pada saat itu Mike dan Rasha masih mempunyai kekasih.
Rasha bertanya kepada Mike,”Kamu ngga lagi bercanda kan? Kita berdua itu masih punya pacar. Jujur aku juga sayang dan cinta sama kamu. Tapi apa kamu itu siap untuk diduain? Jujur aku ingin miliki kamu. Tapi apa itu mungkin?”
“Aku serius Sha,aku sayang dan cinta sama kamu. Aku siap kalo semisal aku diduain sama kamu. Tapi aku juga duain kamu Sha,maafin aku.
Yang penting aku udah jujur dengan perasaan aku,ngga bisa dipungkiri lagi kalo aku jatuh cinta sama kamu. Aku merasa nyaman saat dekat kamu. Aku mau diterima,di tolak atau di tendang itu urusan belakangan. Yang penting aku udah jujur.”jawab Mike.
“Mike,dari awal aku kenal kamu,aku udah berusaha bunuh rasa ini. Tapi rasa ini malah semakin tumbuh dan semakin besar. Aku ngga tahu kenapa semua ini bisa terjadi.”
“Sha,yang penting kita udah saling jujur dengan perasaan kita. Dari pada di pendam malah jadi sakit. Aku serahin semuanya ke kamu. Terserah kamu mau jawab apa.”
Rasha meminta waktu kepada Mike untuk menjawab pertanyaannya.
Rasha bingung mau menjawab apa. Di satu sisi,dia masih punya pacar. Dan disisi lain,dia sayang dan cinta sama Mike. Dan Rasha ingin memiliki Mike.
Kalau Rasha menerima Mike,berarti dia akan menyakiti hati pacar dia dan pacar Mike.
Minggu,12 September 2010,Rasha mengirim sms kepada Mike. Dia mengucapkan selamat pagi. Saat itu Mike menanyakan jawaban Rasha. Dan Rasha memutuskan untuk menerima Mike dengan syarat tidak ada seorangpun yang tahu kalau mereka pacaran. Mereka berdua sangat senang. Dan tanggal 12 September 2010 menjadi hari jadian mereka.
Hari berganti hari,minggu berganti minggu. Tak terasa telah 2 minggu mereka menjalani hubungan berpacaran.
Tidak ada seorangpun yang tahu kalau mereka itu pacaran. Kecuali orang tua Rasha.
Setelah 3 minggu mereka pacaran, Rasha memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan pacar pertamanya, namanya Ari. Mungkin Ari curiga dengan Rasha yang semakin hari semakin dekat dengan Mike. Sampai akhirnya, Ari tahu kalau Rasha dan Mike memang pacaran. Awalnya Ari memang tidak terima karena Rasha pacaran dengan Mike. Tapi lama kelamaan Ari bisa merelakan Rasha untuk Mike.
Tak terasa 4 bulan sudah mereka pacaran. Ian merasa bersalah kepada Rasha. “kenapa kamu mau sama aku? Aku masih punya cewe, kamu tahu aku duain kamu, tapi kenapa kamu masih sayang sama aku? Aku sering buat kamu kecewa dan sedih. Aku ngrasa aku cowo paling jahat. Aku jahat!! Bego!!”ucap Mike.
“Awal pertama aku ketemu kamu,aku kenal sama kamu, aku ngrasa sayang,bahkan aku cinta. Hingga akhirnya aku relain Ari demi kamu. Itu karena aku yakin kamu yang terbaik buat aku. Jujur setiap hari aku menahan rasa sakit hati yang begitu mendalam karena kamu masih miliki dia. Tapi perasaan ini ngga bisa di bohongin,aku sayang banget sama kamu hingga akhirnya aku ngga bisa lepasin kamu. Aku juga ngga tahu kenapa begitu dalamnya sayangku sama kamu. Aku ngga tahu Ian.”ucap Rasha smbil meneteskan air matanya.
“Rasanya saat ini aku pengin sujud di kaki kamu mohon maafin aku dan ikhlasin tubuh ini kamu pukul.”ucap Mike.
"ENGGA!! Sekarang gini aja,aku pengen kamu jawab jujur. Aku mohon. Sebenarnya kamu sayang ngga sih sama aku?? Kamu cinta ngga sih sama aku?? Aku pengin kamu jawab jujur. Dari hati kecil kamu.”Tanya Rasha.
“Jujur aku sayang banget sama kamu. Aku cinta banget sama kamu.Itu dari hati aku yang terdalam. Tapi aku ngga mau liat orang yang aku sayang sedih karena aku”jawab Mike.
Rasha berusaha meyakinkan Mike bahwa dia sangat tulus menyayangi dan mencintai Mike walaupun tidak hanya Rasha yang ada di hati Mike. Hingga Rasha ikhlas tersakiti hatinya karena ketulusan cintannya. Rasha ikhlas jika memang mungkin dia hanya menjadi selir hati Mike.
Mungkin begitu berat untuk Rasha menahan rasa sakitnya,tapi Rasha hanya ingin menjadi yang terbaik untuk Mike. Dia memberikan rasa kasih sayang dan cintannya tulus kepada Mike. Tanpa mengharapkan materi dari Mike, dia hanya mengharapkan balasan kasih sayang yang tulus dari Mike.
Kini Mike tahu betapa tulusnya Rasha mennyayangi dan mencintainya. Hingga Rasha rela tersakiti hatinya.
Dan Rashapun sekarang tahu akan arti ketulusan dan keikhlasan cinta.
http://cerpen.net/cerpen-remaja/ketulusan-dan-keikhlasan-cinta.html
Tetapi,entah mengapa perasaan itu justru semakin tumbuh dan semakin besar. Tak dapat dipungkiri,Rasha sayang kepada Mike. Bahkan Rasha cinta kepada Mike.
Semakin hari,Mike semakin dekat dengan Rasha.Mike sering main ke rumah Rasha,mereka sering sekali bercanda,bercerita,dan saling curhat.
Rasha merasa nyaman saat berada di dekat Mike,tapi tidak tahu halnya dengan perasaan Mike kepada Rasha.
Suatu hari,pada hari Sabtu,11 September 2010,Mike menyatakan perasaannya kepada Rasha,bahwa Mike sayang dan cinta kepada Rasha.
Saat itu Rasha sangat kaget dengan pernyataan Mike yang tidak pernah Rasha duga. Rasha sangat bingung karena pada saat itu Mike dan Rasha masih mempunyai kekasih.
Rasha bertanya kepada Mike,”Kamu ngga lagi bercanda kan? Kita berdua itu masih punya pacar. Jujur aku juga sayang dan cinta sama kamu. Tapi apa kamu itu siap untuk diduain? Jujur aku ingin miliki kamu. Tapi apa itu mungkin?”
“Aku serius Sha,aku sayang dan cinta sama kamu. Aku siap kalo semisal aku diduain sama kamu. Tapi aku juga duain kamu Sha,maafin aku.
Yang penting aku udah jujur dengan perasaan aku,ngga bisa dipungkiri lagi kalo aku jatuh cinta sama kamu. Aku merasa nyaman saat dekat kamu. Aku mau diterima,di tolak atau di tendang itu urusan belakangan. Yang penting aku udah jujur.”jawab Mike.
“Mike,dari awal aku kenal kamu,aku udah berusaha bunuh rasa ini. Tapi rasa ini malah semakin tumbuh dan semakin besar. Aku ngga tahu kenapa semua ini bisa terjadi.”
“Sha,yang penting kita udah saling jujur dengan perasaan kita. Dari pada di pendam malah jadi sakit. Aku serahin semuanya ke kamu. Terserah kamu mau jawab apa.”
Rasha meminta waktu kepada Mike untuk menjawab pertanyaannya.
Rasha bingung mau menjawab apa. Di satu sisi,dia masih punya pacar. Dan disisi lain,dia sayang dan cinta sama Mike. Dan Rasha ingin memiliki Mike.
Kalau Rasha menerima Mike,berarti dia akan menyakiti hati pacar dia dan pacar Mike.
Minggu,12 September 2010,Rasha mengirim sms kepada Mike. Dia mengucapkan selamat pagi. Saat itu Mike menanyakan jawaban Rasha. Dan Rasha memutuskan untuk menerima Mike dengan syarat tidak ada seorangpun yang tahu kalau mereka pacaran. Mereka berdua sangat senang. Dan tanggal 12 September 2010 menjadi hari jadian mereka.
Hari berganti hari,minggu berganti minggu. Tak terasa telah 2 minggu mereka menjalani hubungan berpacaran.
Tidak ada seorangpun yang tahu kalau mereka itu pacaran. Kecuali orang tua Rasha.
Setelah 3 minggu mereka pacaran, Rasha memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan pacar pertamanya, namanya Ari. Mungkin Ari curiga dengan Rasha yang semakin hari semakin dekat dengan Mike. Sampai akhirnya, Ari tahu kalau Rasha dan Mike memang pacaran. Awalnya Ari memang tidak terima karena Rasha pacaran dengan Mike. Tapi lama kelamaan Ari bisa merelakan Rasha untuk Mike.
Tak terasa 4 bulan sudah mereka pacaran. Ian merasa bersalah kepada Rasha. “kenapa kamu mau sama aku? Aku masih punya cewe, kamu tahu aku duain kamu, tapi kenapa kamu masih sayang sama aku? Aku sering buat kamu kecewa dan sedih. Aku ngrasa aku cowo paling jahat. Aku jahat!! Bego!!”ucap Mike.
“Awal pertama aku ketemu kamu,aku kenal sama kamu, aku ngrasa sayang,bahkan aku cinta. Hingga akhirnya aku relain Ari demi kamu. Itu karena aku yakin kamu yang terbaik buat aku. Jujur setiap hari aku menahan rasa sakit hati yang begitu mendalam karena kamu masih miliki dia. Tapi perasaan ini ngga bisa di bohongin,aku sayang banget sama kamu hingga akhirnya aku ngga bisa lepasin kamu. Aku juga ngga tahu kenapa begitu dalamnya sayangku sama kamu. Aku ngga tahu Ian.”ucap Rasha smbil meneteskan air matanya.
“Rasanya saat ini aku pengin sujud di kaki kamu mohon maafin aku dan ikhlasin tubuh ini kamu pukul.”ucap Mike.
"ENGGA!! Sekarang gini aja,aku pengen kamu jawab jujur. Aku mohon. Sebenarnya kamu sayang ngga sih sama aku?? Kamu cinta ngga sih sama aku?? Aku pengin kamu jawab jujur. Dari hati kecil kamu.”Tanya Rasha.
“Jujur aku sayang banget sama kamu. Aku cinta banget sama kamu.Itu dari hati aku yang terdalam. Tapi aku ngga mau liat orang yang aku sayang sedih karena aku”jawab Mike.
Rasha berusaha meyakinkan Mike bahwa dia sangat tulus menyayangi dan mencintai Mike walaupun tidak hanya Rasha yang ada di hati Mike. Hingga Rasha ikhlas tersakiti hatinya karena ketulusan cintannya. Rasha ikhlas jika memang mungkin dia hanya menjadi selir hati Mike.
Mungkin begitu berat untuk Rasha menahan rasa sakitnya,tapi Rasha hanya ingin menjadi yang terbaik untuk Mike. Dia memberikan rasa kasih sayang dan cintannya tulus kepada Mike. Tanpa mengharapkan materi dari Mike, dia hanya mengharapkan balasan kasih sayang yang tulus dari Mike.
Kini Mike tahu betapa tulusnya Rasha mennyayangi dan mencintainya. Hingga Rasha rela tersakiti hatinya.
Dan Rashapun sekarang tahu akan arti ketulusan dan keikhlasan cinta.
http://cerpen.net/cerpen-remaja/ketulusan-dan-keikhlasan-cinta.html
Setitik Angan
Kelam malam telah menuntunku ke alam mimpi yang terasa semakin jauh meninggalkan sadar. Semakin lama, semakin dalam ku arungi lautan bawah sadar itu dan semakin aku mencari-cari sesuatu. Mulai kurasakan apa yang tiap malam ku bayangkan, tiap hari ku inginkan dan tiap saat tak pernah bisa berpaling dari benakku.
Tiba-tiba terasa kembali, sentuhan yang sudah hampir sepuluh tahun menghilang. Sentuhan lembut meskipun dari tangannya yang kasar, yang terasa indah kala membelai mesra rambutku. Terdengar sayup-sayup merdu dari bibirnya, mendendangkan sebuah lagu. Lagu yang baru ku ketahui enam tahun yang lalu, ketika aku menginjak usia remaja adalah lagu tema dari film Titanic, ‘My Heart Will Go On’. Lagu kesukaannya.
Semakin lama, suara itu semakin mengecil, bergeming dan aku tak bisa mendengarnya lagi. Perlahan mataku basah. Aku terjaga, dan aku harus menelan getir kekecewaan karena menyadari bahwa itu hanyalah mimpi belaka.
Setelah benar-benar sadar aku merenungi sosok indah yang hadir dimimpiku itu. Sosok yang sekian lama jauh meninggalkanku dalam sudut galau tanpa harapan. sosok yang aku ingin sekali merengkuhnya, bergelayut manja dalam pelukannya, dan mencium keningnya ketika malam menyambut.
Sosok yang berdiri antara ada dan tiada…
***
suara adzan shubuh sudah berkumandang mengagungkan nama sang pencipta. Ku ambil air wudhu. Rasa dingin segera menjalar di tubuhku, namun hanya sesaat. Hangat kembali kurasakan ketika ku tunaikan ibadahku. Serasa aku berada dalam rengkuhan tuhan.
Selalu kupanjatkan doa untuk ibuku. Doaku, dzikirku, dan air mataku hanya untuk ibu…
Sungguh, tenggorokanku terasa kelu. Dadaku begitu sakit menerima pahitnya kenyataan hidup ini. Tak ada orang yang menyangka bahwa aku sesedih dan sesakit ini. Karena aku selalu mencari kebahagiaan diluar rumah dengan sifatku yang periang. Sesuatu yang tak pernah ku peroleh didalam rumah.
Matahari telah menampakkan keanggunannya di kaki langit. Sinar keibuannya yang tak mengharapkan balasan siap menerangi sang buana, dan menghangatkan anak cucu adam. bersama dengan segarnya embun pagi, ku langkahkan kakiku menuju ruang makan. Disana ayahku sudah siap menungguku untuk menikmati sarapan bersama. Aku duduk terdiam memandangi ayahku sedang menikmati butiran-butiran nasi dengan sepotong ayam goreng di atas piring putih itu.
“Kok nggak dimakan? Nanti kamu terlambat sekolahnya.” Kata ayahku sambil terus mendorong nasi itu ke mulutnya tanpa memandang ke arahku.
“Ini hari minggu , Yah…” jawabku dengan penuh rasa kecewa.
‘Ya tuhan, bahkan ayahku sendiri tak pernah memperhatikan aku. Selalu saja sibuk dengan pekerjaannya sebagai pemborong bangunan yang tak mengenal tanggal merah, minggu sekalipun.’ Aku membatin.
Kebisuan kembali terjadi. Yang terdengar hanya suara benturan antara sendok dan piring yang ditimbulkan oleh ayahku.
“Yah…” panggilku, memecah kebisuan.
“Hmm?” ayah menatap kearahku.
Aku menunduk. Kebingungan menyerang. Lidahku terasa kaku untuk berkata. Sungguh sangat sulit tuk di gerakkan. Mataku berkaca-kaca. Aku tak mau menangis di depan ayah. Ku gigit bibirku guna menahan air mata yang hampir saja menetes. Terlalu lama aku diam, ayahku kembali mengabaikanku.
“Yah, Nessa… Nessa kangen sama ibu. Mana janji ayah buat mempertemukan Nessa sama ibu? Ini udah tahun ke sepuluh Nessa hilang komunikasi sama ibu.” Akhirnya aku berani mengungkapkan isi hatiku yang terdalam. Rasanya bagaikan membuang kerikil cadas yang sekian lama menempel di kelopak mataku.
Ayahku diam.
“Yah… apa ayah tega membiarkan Nessa seperti ini? Nessa butuh ibu yah, Nessa kangen sama ibu…” air mataku tak bisa terbendung lagi. Semakin deras menganak sungai di pipiku.
Ayahku masih saja bertahan dalam diamnya.
“Yah!!!” kesabaranku seolah sudah ku buang begitu saja. aku bagaikan kilat yang siap menyalakan petir.
“Ayah mau berangkat kerja dulu. Jaga diri di rumah, jangan lupa cuci piring dan bersih-bersih. Mungkin ayah baru pulang besok. Kerjaan numpuk.” Kata ayah sambil mengelus kepalaku dan berlalu meninggalkan rumah.
Jawaban ayahku bagaikan bongkahan besi yang menhujam hatuku. Aku menangis di sela kesunyian. Ingin sekali rasanya menangis di pelukan ibu, berada dalam dekapan hangatnya. Ah… selalu saja teringat pada kenangan singkat saat bersamanya. Mungkinkah harapan itu tak kan kembali terjadi? Akankah sampai mati nanti rinduku padanya tak kan terobati?
Dalam diam aku memutar kembali ingatan indahku sepuluh tahun yang lalu, saat aku berusia enam tahun…
“Nessa, kalau Nessa udah besar maunya jadi apa?” Tanya ibuku dengan lembut.
“Nessa maujadi orang kaya, biar punya rumah yang besaaaarrrr…” jawabku polos.
Ibuku tersenyum simpul. “Sayang, kalau mau jadi orang kaya itu harus bekerja. Nah, Nessa maunya jadi apa?”
“Hmmm, Nessa mau jadi bintang film aja deh bu, biar bisa masuk TV, terus ketemu sama Joshua…” jawabku polos.
“iya sayang, ibu akan selalu doakan Nessa. Apapun cita-cita Nessa, ibu berharap mimpi Nessa akan terwujud. Dan, ibu akan selalu ada buat Nessa.”
“janji ya ibu akan selalu ada buat Nessa? Ibu nggak akan pernah ninggalin Nessa?”
“iya sayang, ibu janji…” ibuku tersenyum. Senyuman terindah yang pernah ku lihat dan terekam dalam memori otakku.
“mana jari kelingking ibu?” kataku sambil mengulurkan jari kelingkingku.
Ibu mengulurkan jari kelingkingnya dengan rasa penasaran yang tersirat di wajahnya. Ku kaitkan kelingking ibu dengan kelingkingku.
…
Dadaku semakin sesak rasanya. Masihkah ibu mengingat janjinya kala itu? Pikirku sambil terus memandangi nasi yang ada di depanku. Apakah disana ia sudah makan? Pikiranku semakin tak karuan. Apakah aku harus selamanya begini? Lantas apa yang bisa kulakukan? Sementara keberadaan ibu pun aku tak tahu.
Waktu melangkah, menapaki detik demi detik, dan aku masih terpaku pada kebimbanganku bersama sepi yang mencekam dalam kegalauan hatiku. Seandainya aku tahu dimana ibuku sekarang, atau paling tidak ada nomor telepon yang bisa dihubungi, mungkin aku tak akan segusar ini.
Aku benar-benar merasa sendirian di dunia ini. Ibu pergi entah kemana. Bahkan aku tak tahu, masihkah dia hidup, ataukah… raganya sudah tak bernyawa lagi. Sementara aku juga tak kuasa menahan kesedihan atas perlakuan Ayah yang hanya memikirkan pekerjannya. Sungguh aku merasa tiada hati yang peduli lagi. Aku hanya bisa mengasihani diriku sendiri dengan linangan air mata yang mungkin akan semakin memperburuk keadaanku.
Tiba-tiba rintikan hujan turun. Ia seolah datang untuk mengasihaniku. Hanya ada gemericik air mata langit yang dikirim tuhan untuk menemaniku. Air yang perlahan semakin menggenangi bumi. Dan aku tetap terdiam dalam gundahku, membiarkan setitik angan itu menemukan kebahagiaan dan membiarkan harapan itu melayang bersama ketidakpastian…
SELESAI
http://cerpen.net/cerpen-remaja/setitik-angan.html
Tiba-tiba terasa kembali, sentuhan yang sudah hampir sepuluh tahun menghilang. Sentuhan lembut meskipun dari tangannya yang kasar, yang terasa indah kala membelai mesra rambutku. Terdengar sayup-sayup merdu dari bibirnya, mendendangkan sebuah lagu. Lagu yang baru ku ketahui enam tahun yang lalu, ketika aku menginjak usia remaja adalah lagu tema dari film Titanic, ‘My Heart Will Go On’. Lagu kesukaannya.
Semakin lama, suara itu semakin mengecil, bergeming dan aku tak bisa mendengarnya lagi. Perlahan mataku basah. Aku terjaga, dan aku harus menelan getir kekecewaan karena menyadari bahwa itu hanyalah mimpi belaka.
Setelah benar-benar sadar aku merenungi sosok indah yang hadir dimimpiku itu. Sosok yang sekian lama jauh meninggalkanku dalam sudut galau tanpa harapan. sosok yang aku ingin sekali merengkuhnya, bergelayut manja dalam pelukannya, dan mencium keningnya ketika malam menyambut.
Sosok yang berdiri antara ada dan tiada…
***
suara adzan shubuh sudah berkumandang mengagungkan nama sang pencipta. Ku ambil air wudhu. Rasa dingin segera menjalar di tubuhku, namun hanya sesaat. Hangat kembali kurasakan ketika ku tunaikan ibadahku. Serasa aku berada dalam rengkuhan tuhan.
Selalu kupanjatkan doa untuk ibuku. Doaku, dzikirku, dan air mataku hanya untuk ibu…
Sungguh, tenggorokanku terasa kelu. Dadaku begitu sakit menerima pahitnya kenyataan hidup ini. Tak ada orang yang menyangka bahwa aku sesedih dan sesakit ini. Karena aku selalu mencari kebahagiaan diluar rumah dengan sifatku yang periang. Sesuatu yang tak pernah ku peroleh didalam rumah.
Matahari telah menampakkan keanggunannya di kaki langit. Sinar keibuannya yang tak mengharapkan balasan siap menerangi sang buana, dan menghangatkan anak cucu adam. bersama dengan segarnya embun pagi, ku langkahkan kakiku menuju ruang makan. Disana ayahku sudah siap menungguku untuk menikmati sarapan bersama. Aku duduk terdiam memandangi ayahku sedang menikmati butiran-butiran nasi dengan sepotong ayam goreng di atas piring putih itu.
“Kok nggak dimakan? Nanti kamu terlambat sekolahnya.” Kata ayahku sambil terus mendorong nasi itu ke mulutnya tanpa memandang ke arahku.
“Ini hari minggu , Yah…” jawabku dengan penuh rasa kecewa.
‘Ya tuhan, bahkan ayahku sendiri tak pernah memperhatikan aku. Selalu saja sibuk dengan pekerjaannya sebagai pemborong bangunan yang tak mengenal tanggal merah, minggu sekalipun.’ Aku membatin.
Kebisuan kembali terjadi. Yang terdengar hanya suara benturan antara sendok dan piring yang ditimbulkan oleh ayahku.
“Yah…” panggilku, memecah kebisuan.
“Hmm?” ayah menatap kearahku.
Aku menunduk. Kebingungan menyerang. Lidahku terasa kaku untuk berkata. Sungguh sangat sulit tuk di gerakkan. Mataku berkaca-kaca. Aku tak mau menangis di depan ayah. Ku gigit bibirku guna menahan air mata yang hampir saja menetes. Terlalu lama aku diam, ayahku kembali mengabaikanku.
“Yah, Nessa… Nessa kangen sama ibu. Mana janji ayah buat mempertemukan Nessa sama ibu? Ini udah tahun ke sepuluh Nessa hilang komunikasi sama ibu.” Akhirnya aku berani mengungkapkan isi hatiku yang terdalam. Rasanya bagaikan membuang kerikil cadas yang sekian lama menempel di kelopak mataku.
Ayahku diam.
“Yah… apa ayah tega membiarkan Nessa seperti ini? Nessa butuh ibu yah, Nessa kangen sama ibu…” air mataku tak bisa terbendung lagi. Semakin deras menganak sungai di pipiku.
Ayahku masih saja bertahan dalam diamnya.
“Yah!!!” kesabaranku seolah sudah ku buang begitu saja. aku bagaikan kilat yang siap menyalakan petir.
“Ayah mau berangkat kerja dulu. Jaga diri di rumah, jangan lupa cuci piring dan bersih-bersih. Mungkin ayah baru pulang besok. Kerjaan numpuk.” Kata ayah sambil mengelus kepalaku dan berlalu meninggalkan rumah.
Jawaban ayahku bagaikan bongkahan besi yang menhujam hatuku. Aku menangis di sela kesunyian. Ingin sekali rasanya menangis di pelukan ibu, berada dalam dekapan hangatnya. Ah… selalu saja teringat pada kenangan singkat saat bersamanya. Mungkinkah harapan itu tak kan kembali terjadi? Akankah sampai mati nanti rinduku padanya tak kan terobati?
Dalam diam aku memutar kembali ingatan indahku sepuluh tahun yang lalu, saat aku berusia enam tahun…
“Nessa, kalau Nessa udah besar maunya jadi apa?” Tanya ibuku dengan lembut.
“Nessa maujadi orang kaya, biar punya rumah yang besaaaarrrr…” jawabku polos.
Ibuku tersenyum simpul. “Sayang, kalau mau jadi orang kaya itu harus bekerja. Nah, Nessa maunya jadi apa?”
“Hmmm, Nessa mau jadi bintang film aja deh bu, biar bisa masuk TV, terus ketemu sama Joshua…” jawabku polos.
“iya sayang, ibu akan selalu doakan Nessa. Apapun cita-cita Nessa, ibu berharap mimpi Nessa akan terwujud. Dan, ibu akan selalu ada buat Nessa.”
“janji ya ibu akan selalu ada buat Nessa? Ibu nggak akan pernah ninggalin Nessa?”
“iya sayang, ibu janji…” ibuku tersenyum. Senyuman terindah yang pernah ku lihat dan terekam dalam memori otakku.
“mana jari kelingking ibu?” kataku sambil mengulurkan jari kelingkingku.
Ibu mengulurkan jari kelingkingnya dengan rasa penasaran yang tersirat di wajahnya. Ku kaitkan kelingking ibu dengan kelingkingku.
…
Dadaku semakin sesak rasanya. Masihkah ibu mengingat janjinya kala itu? Pikirku sambil terus memandangi nasi yang ada di depanku. Apakah disana ia sudah makan? Pikiranku semakin tak karuan. Apakah aku harus selamanya begini? Lantas apa yang bisa kulakukan? Sementara keberadaan ibu pun aku tak tahu.
Waktu melangkah, menapaki detik demi detik, dan aku masih terpaku pada kebimbanganku bersama sepi yang mencekam dalam kegalauan hatiku. Seandainya aku tahu dimana ibuku sekarang, atau paling tidak ada nomor telepon yang bisa dihubungi, mungkin aku tak akan segusar ini.
Aku benar-benar merasa sendirian di dunia ini. Ibu pergi entah kemana. Bahkan aku tak tahu, masihkah dia hidup, ataukah… raganya sudah tak bernyawa lagi. Sementara aku juga tak kuasa menahan kesedihan atas perlakuan Ayah yang hanya memikirkan pekerjannya. Sungguh aku merasa tiada hati yang peduli lagi. Aku hanya bisa mengasihani diriku sendiri dengan linangan air mata yang mungkin akan semakin memperburuk keadaanku.
Tiba-tiba rintikan hujan turun. Ia seolah datang untuk mengasihaniku. Hanya ada gemericik air mata langit yang dikirim tuhan untuk menemaniku. Air yang perlahan semakin menggenangi bumi. Dan aku tetap terdiam dalam gundahku, membiarkan setitik angan itu menemukan kebahagiaan dan membiarkan harapan itu melayang bersama ketidakpastian…
SELESAI
http://cerpen.net/cerpen-remaja/setitik-angan.html
Penyesalan yang terdalam
Senin pagi yang cerah,aku melangkahkan kakiku menuju mobil yang siap mengantarku ke gedung sekolahku.seturunku dari mobil,ku dikejutkan oleh sebuah teriakan sesorang.
”Hai,Bintan. . . . .!!!!!”teriak Citra sahabatku.”ada pa sih?mau masuk nih!!”jawabku dengan nada kesal.”ada berita penting buat loe,tpi loe harus tabah ya?janji??loe belum putus kan dengan Rangga?gue mohon loe jujur!okey?”dengan seribu pertanyaan di otakku aku menjawab dengan ragu dan penasaran”gue belum putus dengan Rangga! Memangnya ada berita apa sih?penting ya?”dengan mata melotot dan bercampur heran”waduh parah loe,Rangga dah jadian dengan Nayla seminggu setelah jadian sama loe.jadi,kalau dihitung sampai sekarang udah kurang lebih 6 bulanan lah,sama kaya loe!huhf,sabar ya say?gue taunya dari Gita kemarin.mereka kepergok hampir ciuman di belakang sekolah dan akhirnya mereka ngaku kalau dah jadian 6bulan yang lalu.”Mendengar cerita Citra barusan hatiku rasanya seperti di tusuk ribuan pedang samurai.aku hanya terdiam lemas di area parkir sekolah,rasanya aku ingin meninggalkan semua yang ada di bumi ini.
”Tan?Bintan?Biiinntaaaannn?????.....”teriak Citra yang berusaha menyadarkanku dari lamunan.
”oh,ya ada apa?emh. . .gue mau ke toilet bentar ya.tunggu aja di kelas.”dngn sikap tenang,aku segera menuju toilet.Tidak disangka di perjalanan menuju toilet,aku melihat dengan mata kepalaku sendiri Rangga jalan berdua dengan Nayla.Oh,dear. . .nafas dan jantungku seakan mati rasa,terlebih Rangga memberi perhatian yang lebih untuk Nayla.
”Rangga. . . .”sapaku dengan nada yang pelan.”Bintan? ?emh,nanti pulang sekolah gue kan jelasin semuanya ke loe.okey?”jawab Rangga dengan tegas dan berlalu bersama Nayla.
********
“Baik,anak-anak pelajaran telah selesai.selamat siang dan selamat berakhir pekan.”“huft,akhirnya pulang juga. . .pusing gue belajar trus.hang out yuk?”kata Citra sambil menata bukunya.”gak,gue da perlu.duluan ya?”ujarku sambil berlalu dari kelas.“hallo,loe dimana?gue udah ada di lapangan basket.cepet ke sini.”ujarku dengan nada kesal, aku langsung memasukkan ponsel ke sakuku.Tak lama kemudian,Rangga datang dengan raut wajah cemas.”kenapa,wajah loe?kok cemas gitu?cewek loe nomor 2 sakit?gak nyangka gue Ngga,loe setega ini hancurin hati gue.apa loe dah puas nyakitin hti gue?kalau belum sakitin aja trus.mungkin kalo gue dah gak da di bumi ini.mungkin loe baru bisa nyesel!!!!”aku tumpahkan semua rasa kecewaku ke dia,sampai-sampai ku berbicara dengan dada sesak.”Bintan tunggu dulu.kamu jangan salah paham.sebenernya gue gak cinta sama Nayla,tapi gue cintanya sama loe Tan.bener gue jadian sama Nayla.tapi,itu semata-mata gue kasihan sama dia.dia punya pnykit yg bisa mengambil nyawanya kapan pun.aku cuma ingin temani dan bahagiain dia disisa hidupnya.”ujar Rangga yang berusaha untuk menenangkan hatiku.”hah,naif loe.kalau memang kasihan?ngapain ciuman segala?kepergok pula.gak malu apa?”jawabku dengan ketus.”suer,sumpah mati gue gak ciuman sama Nayla.gue Cuma tiupin matanya aja karena ada debu yang masuk,dan anak-anak malah bilang gue ciuman.padahal itu semua bohong!!!”ujarnya dengan memegang kedua tanganku.”oke Rangga gue percaya sama loe.dan sampai kapan loe begini?trus hubungan kita gimana?sampek sini aja ya?gue udah gak kuat liat loe mesra-mesraan trus sama cewek itu.”aku berusaha tenang dan menahan bendungan air mata yang udah diujung kelopak mata.”sebentar lagi Bintan,kamu sabar ya?gak gue gak ingin kita putus.kita rahasiakan hubungan kita dulu sampai ada waktu yang tepat untuk kita bicarakan kepada Nayla.” ”terserah loe!gue pasrah!”dengan menarik nafas berat.Sampai di rumah aku hanya terdiam dan tak henti-hentinya air mataku jatuh.aku akan menunggu sampai waktu itu tiba.walau melaluinya dengan rasa perih dan sakit.
**********
Seminggu kemudian. . . . . . .
Kenapa seminggu yang aku lewati ini rasanya berat banget.aku hanya bisa pasrah dan menangis saat Rangga bersama dengan Nayla.Ia pun jarang sms dan menelpon aku,dia seakan gak perduliin aku lagi.Aku seperti melawan diriku sendiri,dari batin,ku sudah lelah,aku merasa capek dan nyerah.tapi,hati kecilku ingin untuk bisa bertahan dan menunggu hari itu tiba.“Ma,Pa. . .Bintan mau pergi jalan sebentar untuk liat matahari terbenam.boleh kan Pa?Ma?”pintaku dengan memasang seulas senyum riang diwajahku.”oh,iya sayang tentu.tapi,hati-hati lo ya?jangan ngebut-ngebut?”saran Mama dengan memberiku segelas jus strowberry.”siiap bos!ya udah,Bintan berangkat dulu ya Ma,Pa?”ujarku seusai meminum jus, lalu aku mencium kedua pipi orangtuaku.Sesampai dipintu,aku menoleh kebelakang dan berteriak”aaaakkuu ssaayaaannggg mmaammaa dan ppaappaa!! ??”dengan tersenyum aku bergegas masuk ke mobil.********** Pagi hari yang berawan,Rangga yang baru turun dari mobil jaguarnya merasa terkejut dan heran karena tidak biasanya sekolah mengadakan upacara selain hari senin.”eh,Ren ada apa sih?kok kelihatannya ada upacara gitu?”tetap dengan perasaan yang penasaran.”tau ah.liat aja sendiri.lagi sedih gue,mungkin loe enggak kali.”Rendi bergegas meninggalkan Rangga.”kok gitu sih? Dasar anak aneh.!!”ujar Rangga sambil melangkah menuju kelas.“diharapkan kepada seluruh warga sekolah untuk berkumpul di lapangan upacara karena ada berita duka”Pukul 7 semua murid telah berbaris dan memasang telinga masing-masing,begitu juga Rangga yang sangat ingin tau ada berita apa.”anak-anak maaf mengganggu jam pelajaran kalian,karena ada berita duka dari teman kalian yang bernama Bintan Aurora Feriska kelas 11 IPS 1 telah meninggal dunia tepatnya kemarin sore pukul 6.Semoga keluarga yang ditiggalkan diberi ketabahan dan semoga amal perbuatannya diterima oleh Allah swt.amien.sekian pengumuman dari bapak.selamat pagi”ujar bapak kepala sekolah dan bergegas meninggalkan lapangan.Dan disusul dengan murid-murid karena hujan mulai turun. Tapi tidak untuk Rangga,dia trus menerus berdiri di tengah lapangan dia berbicara lirih”ya tuhan kenapa harus dia?aku belum membahagiakannya.maafin gue ya bintan ?gue belum bisa buat loe bahagia.gue nyesel Tan .gue nyesel?Gue memang orang bodoh.””Dah lah Rangga.nasi sudah menjadi bubur.”suara Citra yang memotong ucapan Rangga.”gue tau loe sedih,gue malah lebih sedih karena kata-kata terakhir Bintan itu mulia banget.dia bilang dia sayang banget sama ayah dan ibunya,gue kehilangan teman yang tegar seperti dia.walau dia loe sakiti dia tetep tegar.gak ngeluh padahal dihatinya sakit banget.ngerti loe?dah urusin cewek loe yang penyakitan itu.”ujar Citra dengan ketus.Rangga hanya bisa terdiam.Sore hari setelah pulang sekolah, Rangga menuju makam Bintan dan menangis dalam hatinya”Bintan,loe satu-satunya orang yang aku cinta dan aku sayang.ini telah menjadi pelajaran buat gue.loe tau?gue udah putusin Nayla.loe pasti seneng kan?dan satu hal lagi.ini adalah penyesalan terdalam buat gue karena gue dah lukain hati seseorang yang paling gue sayang,maaf...maafkan gue.”
http://cerpen.net/cerpen-remaja/penyesalan-yang-terdalam.html
”Hai,Bintan. . . . .!!!!!”teriak Citra sahabatku.”ada pa sih?mau masuk nih!!”jawabku dengan nada kesal.”ada berita penting buat loe,tpi loe harus tabah ya?janji??loe belum putus kan dengan Rangga?gue mohon loe jujur!okey?”dengan seribu pertanyaan di otakku aku menjawab dengan ragu dan penasaran”gue belum putus dengan Rangga! Memangnya ada berita apa sih?penting ya?”dengan mata melotot dan bercampur heran”waduh parah loe,Rangga dah jadian dengan Nayla seminggu setelah jadian sama loe.jadi,kalau dihitung sampai sekarang udah kurang lebih 6 bulanan lah,sama kaya loe!huhf,sabar ya say?gue taunya dari Gita kemarin.mereka kepergok hampir ciuman di belakang sekolah dan akhirnya mereka ngaku kalau dah jadian 6bulan yang lalu.”Mendengar cerita Citra barusan hatiku rasanya seperti di tusuk ribuan pedang samurai.aku hanya terdiam lemas di area parkir sekolah,rasanya aku ingin meninggalkan semua yang ada di bumi ini.
”Tan?Bintan?Biiinntaaaannn?????.....”teriak Citra yang berusaha menyadarkanku dari lamunan.
”oh,ya ada apa?emh. . .gue mau ke toilet bentar ya.tunggu aja di kelas.”dngn sikap tenang,aku segera menuju toilet.Tidak disangka di perjalanan menuju toilet,aku melihat dengan mata kepalaku sendiri Rangga jalan berdua dengan Nayla.Oh,dear. . .nafas dan jantungku seakan mati rasa,terlebih Rangga memberi perhatian yang lebih untuk Nayla.
”Rangga. . . .”sapaku dengan nada yang pelan.”Bintan? ?emh,nanti pulang sekolah gue kan jelasin semuanya ke loe.okey?”jawab Rangga dengan tegas dan berlalu bersama Nayla.
********
“Baik,anak-anak pelajaran telah selesai.selamat siang dan selamat berakhir pekan.”“huft,akhirnya pulang juga. . .pusing gue belajar trus.hang out yuk?”kata Citra sambil menata bukunya.”gak,gue da perlu.duluan ya?”ujarku sambil berlalu dari kelas.“hallo,loe dimana?gue udah ada di lapangan basket.cepet ke sini.”ujarku dengan nada kesal, aku langsung memasukkan ponsel ke sakuku.Tak lama kemudian,Rangga datang dengan raut wajah cemas.”kenapa,wajah loe?kok cemas gitu?cewek loe nomor 2 sakit?gak nyangka gue Ngga,loe setega ini hancurin hati gue.apa loe dah puas nyakitin hti gue?kalau belum sakitin aja trus.mungkin kalo gue dah gak da di bumi ini.mungkin loe baru bisa nyesel!!!!”aku tumpahkan semua rasa kecewaku ke dia,sampai-sampai ku berbicara dengan dada sesak.”Bintan tunggu dulu.kamu jangan salah paham.sebenernya gue gak cinta sama Nayla,tapi gue cintanya sama loe Tan.bener gue jadian sama Nayla.tapi,itu semata-mata gue kasihan sama dia.dia punya pnykit yg bisa mengambil nyawanya kapan pun.aku cuma ingin temani dan bahagiain dia disisa hidupnya.”ujar Rangga yang berusaha untuk menenangkan hatiku.”hah,naif loe.kalau memang kasihan?ngapain ciuman segala?kepergok pula.gak malu apa?”jawabku dengan ketus.”suer,sumpah mati gue gak ciuman sama Nayla.gue Cuma tiupin matanya aja karena ada debu yang masuk,dan anak-anak malah bilang gue ciuman.padahal itu semua bohong!!!”ujarnya dengan memegang kedua tanganku.”oke Rangga gue percaya sama loe.dan sampai kapan loe begini?trus hubungan kita gimana?sampek sini aja ya?gue udah gak kuat liat loe mesra-mesraan trus sama cewek itu.”aku berusaha tenang dan menahan bendungan air mata yang udah diujung kelopak mata.”sebentar lagi Bintan,kamu sabar ya?gak gue gak ingin kita putus.kita rahasiakan hubungan kita dulu sampai ada waktu yang tepat untuk kita bicarakan kepada Nayla.” ”terserah loe!gue pasrah!”dengan menarik nafas berat.Sampai di rumah aku hanya terdiam dan tak henti-hentinya air mataku jatuh.aku akan menunggu sampai waktu itu tiba.walau melaluinya dengan rasa perih dan sakit.
**********
Seminggu kemudian. . . . . . .
Kenapa seminggu yang aku lewati ini rasanya berat banget.aku hanya bisa pasrah dan menangis saat Rangga bersama dengan Nayla.Ia pun jarang sms dan menelpon aku,dia seakan gak perduliin aku lagi.Aku seperti melawan diriku sendiri,dari batin,ku sudah lelah,aku merasa capek dan nyerah.tapi,hati kecilku ingin untuk bisa bertahan dan menunggu hari itu tiba.“Ma,Pa. . .Bintan mau pergi jalan sebentar untuk liat matahari terbenam.boleh kan Pa?Ma?”pintaku dengan memasang seulas senyum riang diwajahku.”oh,iya sayang tentu.tapi,hati-hati lo ya?jangan ngebut-ngebut?”saran Mama dengan memberiku segelas jus strowberry.”siiap bos!ya udah,Bintan berangkat dulu ya Ma,Pa?”ujarku seusai meminum jus, lalu aku mencium kedua pipi orangtuaku.Sesampai dipintu,aku menoleh kebelakang dan berteriak”aaaakkuu ssaayaaannggg mmaammaa dan ppaappaa!! ??”dengan tersenyum aku bergegas masuk ke mobil.********** Pagi hari yang berawan,Rangga yang baru turun dari mobil jaguarnya merasa terkejut dan heran karena tidak biasanya sekolah mengadakan upacara selain hari senin.”eh,Ren ada apa sih?kok kelihatannya ada upacara gitu?”tetap dengan perasaan yang penasaran.”tau ah.liat aja sendiri.lagi sedih gue,mungkin loe enggak kali.”Rendi bergegas meninggalkan Rangga.”kok gitu sih? Dasar anak aneh.!!”ujar Rangga sambil melangkah menuju kelas.“diharapkan kepada seluruh warga sekolah untuk berkumpul di lapangan upacara karena ada berita duka”Pukul 7 semua murid telah berbaris dan memasang telinga masing-masing,begitu juga Rangga yang sangat ingin tau ada berita apa.”anak-anak maaf mengganggu jam pelajaran kalian,karena ada berita duka dari teman kalian yang bernama Bintan Aurora Feriska kelas 11 IPS 1 telah meninggal dunia tepatnya kemarin sore pukul 6.Semoga keluarga yang ditiggalkan diberi ketabahan dan semoga amal perbuatannya diterima oleh Allah swt.amien.sekian pengumuman dari bapak.selamat pagi”ujar bapak kepala sekolah dan bergegas meninggalkan lapangan.Dan disusul dengan murid-murid karena hujan mulai turun. Tapi tidak untuk Rangga,dia trus menerus berdiri di tengah lapangan dia berbicara lirih”ya tuhan kenapa harus dia?aku belum membahagiakannya.maafin gue ya bintan ?gue belum bisa buat loe bahagia.gue nyesel Tan .gue nyesel?Gue memang orang bodoh.””Dah lah Rangga.nasi sudah menjadi bubur.”suara Citra yang memotong ucapan Rangga.”gue tau loe sedih,gue malah lebih sedih karena kata-kata terakhir Bintan itu mulia banget.dia bilang dia sayang banget sama ayah dan ibunya,gue kehilangan teman yang tegar seperti dia.walau dia loe sakiti dia tetep tegar.gak ngeluh padahal dihatinya sakit banget.ngerti loe?dah urusin cewek loe yang penyakitan itu.”ujar Citra dengan ketus.Rangga hanya bisa terdiam.Sore hari setelah pulang sekolah, Rangga menuju makam Bintan dan menangis dalam hatinya”Bintan,loe satu-satunya orang yang aku cinta dan aku sayang.ini telah menjadi pelajaran buat gue.loe tau?gue udah putusin Nayla.loe pasti seneng kan?dan satu hal lagi.ini adalah penyesalan terdalam buat gue karena gue dah lukain hati seseorang yang paling gue sayang,maaf...maafkan gue.”
http://cerpen.net/cerpen-remaja/penyesalan-yang-terdalam.html
IMELDA
Satu persatu rokok kretek yang baru dibelinya tadi sore ilham hisap dengan nikmat, ia hembuskan asapnya perlahan, melayang diantara udara malam dingin dermaga, menembus cakrawala masa lampau yang penuh liku, dan hentakan masa depan yang sinis dan pesimis. Syair – syair masa depan yang melankolis merintih menahan rasa sakit ke takberdayaan.
Rambut ikalnya yang acak – acakan semakin tak karuan bentuknya, seperti rumput teki yang keluar dari otaknya yang telah buntu memikirkan kerinduan akan nasib baik. Angin malam tak ia gubris, sajian dinginnya telah ia jadikan teman setia yang lambat laun akan merusak rongga tubuh cekingnya.
Perlahan ia keluarkan selembar kertas dari saku kemeja kucelnya. Ia tatap wajah cantik nan ayu yang ada diselembar kertas itu. Sebuah photo wanita muda dengan bibir yang tak lepas dari senyuman, menasbihkan ketentraman hati. Berbanding terbalik dengan laki – laki yang kini sedang menjamah photonya.Dari kejauhan, kilauan lampu – lampu kapal terlihat begitu cantik, melambai – lambai membisu menawarkan fatamorgana kebahagian, namun hening dalam sepi. Hanya deburan ombak yang terdengar lirih, menjadi nyanyian syahdu dalam ruang kosong hati Ilham. Kedalaman laut yang ada didepannya mengejek dengan bahasa bisu akan kedangkalan hati dan pikiran ilham.
Bagi Ilham, kini hidup adalah pengembaraan yang tak jelas, hanya menawarkan sedikit pilihan untuknya. Ia hanyut dalam lingkaran itu, menjelma menjadi debu –debu yang terpenjara dalam dimensi yang hilang. Kesepian dan pencariannya akan hidup semakin menjauhkan ia akan hidup itu sendiri. Kini antara ada dan tiada, dia masuk kedalam dimensi itu semakin dalam.
Sekali lagi ia tatap photo itu, dari bibir hitam nya yang kering terdengar suara lirih bernada perih “ Imelda…..”
Si wanita tetap membisu dengan senyum anggunnya, sepoi – sepoi angin malam mengelus wajah cantiknya yang erat kuat mawujud di lembaran photo. Giliran tangan ilham yang kini mengelus, tangan kasarnya nampak lembut bergerak menyusuri wajah itu, mencumbu dengan gerak lembut jemari mozart dalam nyanyian melankolis.
Sudah hampir dua tahun, Ilham mencari wanita itu. Mengembara dalam bayangan masa lalu yang penuh cita, tergambar begitu jelas senyuman kedua insan yang saling berjanji untuk hidup bersama dalam ikatan suci. Rama dan shinta menjadi cerita suci yang mereka lantunkan di lubuk hati, dengan yakin pula mereka menjadi sosok romeo dan juliet yang menentang orang tua demi cinta dan jiwa.
Imleda adalah sosok wanita dengan daya pikat luar biasa, dengan keanggunannya ia mampu merangkum cinta dalam satu senyuman. Para pejuang telah banyak ia tumbangkan dalam pertempuran cinta yang ia kobarkan. Tak satu pun pejuang yang mampu meluluhkan nya, usaha mereka seolah sia –sia dengan prinsip kuat yang tertanam di hati sang putri.
Bagi Imelda cinta adalah jiwa, yang harus teratanam kuat dalam ruh – ruh manusia sampai maut menjemput. Ia berpikir bahwa kebanyakan laki – laki yang berusaha untuk memikatnya hanyalah golongan kumbang jalanan yang hanya ingin menikmatinya dengan sesaat. “ Mereka bertempur untuk bukan untuk jiwaku tapi untuk kulit dan dagingku” , ucapnya.
Pikiran itu yang membuat imelda bertahan dari kumbang yang coba menghisap dan menyengatnya. Sampai pada satu saat, datanglah seorang lelaki, tapi bukan untuk berjuang, lelaki itu sedikit bicara cinta, ia hanya menawarkan tatapan matanya yang tulus akan arti cinta. Lelaki itu memang punya hasrat untuk berjuang pula, tapi ia merasa terlalu redup dibandingkan lelaki lainnya. Ia seperti teredusir oleh prasangka dirinya sendiri.
Lelaki ini berbeda dengan lelaki lainnya, bahkan sangat berbeda. Ia hadir dengan sosok yang tak menarik, gaya rambut bob marley dengan tampilan elvis presley yang dua minggu tak mandi. Sungguh gaya yang tak menggugah selera kaum hawa. sosok kumal ini tampil dihadapan imelda dengan gaya yang bertolak belakang, seperti perlawanan arus laut selatan dan utara.
Tapi ini adalah dunia, segala fenomena unik bisa saja terjadi, dimana logika kadang terbalik dan rasio kadang macet oleh karat pikiran. Imelda untuk pertama kali mampu tertarik pada seorang lelaki, lelaki yang hadir dalam bentuk salah kaprah ini. Entah apa yang ada dalam pikiran imelda, tapi sekali lagi, ini adalah dunia dimana rasio terkadang berputar pada poros yang salah. Bagi Imelda, kagum pada lelaki ini bukanlah kesalahan tapi sejatinya benar.
Imelda kagum pada Ilham akan kederhanaan dan kepolosannya dalam bertingkah. Karakter iIlham bagi Imelda hampir sama dengan Steven seagel yang kalem atau Bruce willis yang acak – acakan tapi jantan. Ia terpesona oleh ketulusan tatapan Ilham, begitu defensif namun menyimpan arti yang terbuka.
Sebagai seorang lelaki, Ilham tak terlalu pintar untuk menangkap sinyal cinta dari Imelda, pemancar yang tertanam dalam otaknya kurang sensitif, mungkin terlalu lama disimpan dan tidak digunakan, karat yang ada dalam sensitivitas pikiranya perlu sedikit dibersihkan oleh keyakinan dia akan dirinya sendiri. Ilham terlalu lama terbenam oleh rasa kurang percaya diri, disinilah letak kepolosan Ilham dalam menerjemahkan hidup dan segala sesuatu yang mengelilingi hidup, termasuk wanita.
Lambat laun, Ilham menyadari bahwa setiap sikap atau ucapan yang dilontarkan Imelda adalah sesuatu yang harus segera ia terjemahkan. Hasilnya cukup membuat Ilham bingung, karena putri yang selama ini menjadi sasaran tembak para pejuang, akhirnya kalah oleh dia walapun dengan tidak menggunakan senajata cinta, sang putri terbujur kaku dalam melodrama cinta yang sama sekali tidak ia susun.
Bagi Imelda dan Ilham pertautan cinta mereka laksana Rama dan Shinta, tapi bagi orang lain lebih seperti Beauty and The Beast, keserasian mereka hanya untuk mereka sendiri tapi terlalu timpang dimata yang lain. Bukan untuk sekedar fisik, tapi lebih dari itu mereka ada dalam ketimpangan yang nyata. Imelda dengan perusahaan ayahnya yang luar biasa sangat mencolok dihadapan keluarga Ilham yang serba tak ada. Hal ini bisa ditebak, keduanya terganjal oleh restu.
Pada akhirnya restu inilah yang memisahkan mereka. Atas dasar titah dan rekomendasi sang ayah, Imelda meninggalkan kota ini, pindah ke Ibu Kota untuk menuntu Ilmu. Rama kalut ditinggal Shinta, ia merana dalam balutan hampa dan meronta dalam daya sepi yang terlalu kuat mengikat. Membuatnya seperti hilang dalam bungkus kabut yang tumbuh pekat dipikirannya.
Tak kuasa menahan rindu, akhirnya Ilham mengasah golok yang sudah lama tumpul di pikirannya. Dengan memberanikan diri, lelaki ini mengembara mencari Imelda, menyusuri tempat – tempat yang belum ia kenal di Ibu Kota dengan bekal tekad. Ilham bekerja sebagi kuli serabutan, badannya memang kurus kecil, namun berkat pekerjaan fisik di kampungnya dulu, telah mengolahnya menjadi seorang samson ceking.
Menjauhnya Imelda dari sang kekasih hati di kampung, membuat imelda sengsara. Hatinya remuk redam oleh kerinduan. Bungkus raganya yang dulu nampak begitu indah dengan pesona balutan yang menawan. Lambat laun teredusir, terkikis oleh erosi waktu, dimana sang waktu telah menderanya oleh cambukan – cambukan bathin yang menyiksa. Imajinasinya akan sang Rama membuat luntur secar emosi, bahkan fisik.
Kekuatannya dulu akan prinsip hidup, semakin lama semakin menurun. Tasbihnya akan kesucian hidup seperti dipermainkan oleh kesunyian dan penderitaan akan rindu yang begitu kuat. Terlalu sulit baginya untuk menghubungi Ilham, menggunakan apa. Bahkan untuk satu buah Handphone second murah pun Ilham tak punya. Dirumahnya, Ilham hanya memiliki satu TV Hitam putih tempo dulu, dan satu antane yang terpasang sedikit bengkok. Mana mungkin antena itu mampu menangkap sinyal Handphone. Pada akhirnya Imelda terperosok akan sugesti diri negatif yang begitu kuat dan menyiksa.
Kini, didermaga dingin Ilham terus menatap photo yang seolah hidup memberikan senyum nya. Keindahan senyumnya memantapkan kekuatan yang luar biasa bagi ilham untuk tetap bertahan mencari. Ia tak pernah tahu harus kemana mencari ditengah besarnya ibu kota, Ia hanya mengikuti langkah kaki dan irama cinta yang ditebarkan photo itu. Entah sampai kapan ia akan mencari. Kini tepat dua tahun lalu Imelda dan Ilham terpisah.
Sementara itu, dari kejauhan Imelda menatap Ilham, tersenyum getir dan pahit. Raganya bukan lagi kulit dan daging, kini ia hanya cahaya yang melayang tak kasat mata. Melayang di antara bumi dan langit, ia mendekati Ilham. Namun ilham tetap membisu dengan tatapan kosongnya. Imelda sadar, Ilham takan mampu melihat dia. Disini di dermaga ini sebulan lalu, Imelda tewas terjatuh disaat matanya menatap lautan mengharap sang kekasih datang dari seberang. Kini ia telah bertemu sang kekasih namun terpisahkan dalam dunia yang berbeda.
http://cerpen.net/cerpen-romantis/imelda.html
Rambut ikalnya yang acak – acakan semakin tak karuan bentuknya, seperti rumput teki yang keluar dari otaknya yang telah buntu memikirkan kerinduan akan nasib baik. Angin malam tak ia gubris, sajian dinginnya telah ia jadikan teman setia yang lambat laun akan merusak rongga tubuh cekingnya.
Perlahan ia keluarkan selembar kertas dari saku kemeja kucelnya. Ia tatap wajah cantik nan ayu yang ada diselembar kertas itu. Sebuah photo wanita muda dengan bibir yang tak lepas dari senyuman, menasbihkan ketentraman hati. Berbanding terbalik dengan laki – laki yang kini sedang menjamah photonya.Dari kejauhan, kilauan lampu – lampu kapal terlihat begitu cantik, melambai – lambai membisu menawarkan fatamorgana kebahagian, namun hening dalam sepi. Hanya deburan ombak yang terdengar lirih, menjadi nyanyian syahdu dalam ruang kosong hati Ilham. Kedalaman laut yang ada didepannya mengejek dengan bahasa bisu akan kedangkalan hati dan pikiran ilham.
Bagi Ilham, kini hidup adalah pengembaraan yang tak jelas, hanya menawarkan sedikit pilihan untuknya. Ia hanyut dalam lingkaran itu, menjelma menjadi debu –debu yang terpenjara dalam dimensi yang hilang. Kesepian dan pencariannya akan hidup semakin menjauhkan ia akan hidup itu sendiri. Kini antara ada dan tiada, dia masuk kedalam dimensi itu semakin dalam.
Sekali lagi ia tatap photo itu, dari bibir hitam nya yang kering terdengar suara lirih bernada perih “ Imelda…..”
Si wanita tetap membisu dengan senyum anggunnya, sepoi – sepoi angin malam mengelus wajah cantiknya yang erat kuat mawujud di lembaran photo. Giliran tangan ilham yang kini mengelus, tangan kasarnya nampak lembut bergerak menyusuri wajah itu, mencumbu dengan gerak lembut jemari mozart dalam nyanyian melankolis.
Sudah hampir dua tahun, Ilham mencari wanita itu. Mengembara dalam bayangan masa lalu yang penuh cita, tergambar begitu jelas senyuman kedua insan yang saling berjanji untuk hidup bersama dalam ikatan suci. Rama dan shinta menjadi cerita suci yang mereka lantunkan di lubuk hati, dengan yakin pula mereka menjadi sosok romeo dan juliet yang menentang orang tua demi cinta dan jiwa.
Imleda adalah sosok wanita dengan daya pikat luar biasa, dengan keanggunannya ia mampu merangkum cinta dalam satu senyuman. Para pejuang telah banyak ia tumbangkan dalam pertempuran cinta yang ia kobarkan. Tak satu pun pejuang yang mampu meluluhkan nya, usaha mereka seolah sia –sia dengan prinsip kuat yang tertanam di hati sang putri.
Bagi Imelda cinta adalah jiwa, yang harus teratanam kuat dalam ruh – ruh manusia sampai maut menjemput. Ia berpikir bahwa kebanyakan laki – laki yang berusaha untuk memikatnya hanyalah golongan kumbang jalanan yang hanya ingin menikmatinya dengan sesaat. “ Mereka bertempur untuk bukan untuk jiwaku tapi untuk kulit dan dagingku” , ucapnya.
Pikiran itu yang membuat imelda bertahan dari kumbang yang coba menghisap dan menyengatnya. Sampai pada satu saat, datanglah seorang lelaki, tapi bukan untuk berjuang, lelaki itu sedikit bicara cinta, ia hanya menawarkan tatapan matanya yang tulus akan arti cinta. Lelaki itu memang punya hasrat untuk berjuang pula, tapi ia merasa terlalu redup dibandingkan lelaki lainnya. Ia seperti teredusir oleh prasangka dirinya sendiri.
Lelaki ini berbeda dengan lelaki lainnya, bahkan sangat berbeda. Ia hadir dengan sosok yang tak menarik, gaya rambut bob marley dengan tampilan elvis presley yang dua minggu tak mandi. Sungguh gaya yang tak menggugah selera kaum hawa. sosok kumal ini tampil dihadapan imelda dengan gaya yang bertolak belakang, seperti perlawanan arus laut selatan dan utara.
Tapi ini adalah dunia, segala fenomena unik bisa saja terjadi, dimana logika kadang terbalik dan rasio kadang macet oleh karat pikiran. Imelda untuk pertama kali mampu tertarik pada seorang lelaki, lelaki yang hadir dalam bentuk salah kaprah ini. Entah apa yang ada dalam pikiran imelda, tapi sekali lagi, ini adalah dunia dimana rasio terkadang berputar pada poros yang salah. Bagi Imelda, kagum pada lelaki ini bukanlah kesalahan tapi sejatinya benar.
Imelda kagum pada Ilham akan kederhanaan dan kepolosannya dalam bertingkah. Karakter iIlham bagi Imelda hampir sama dengan Steven seagel yang kalem atau Bruce willis yang acak – acakan tapi jantan. Ia terpesona oleh ketulusan tatapan Ilham, begitu defensif namun menyimpan arti yang terbuka.
Sebagai seorang lelaki, Ilham tak terlalu pintar untuk menangkap sinyal cinta dari Imelda, pemancar yang tertanam dalam otaknya kurang sensitif, mungkin terlalu lama disimpan dan tidak digunakan, karat yang ada dalam sensitivitas pikiranya perlu sedikit dibersihkan oleh keyakinan dia akan dirinya sendiri. Ilham terlalu lama terbenam oleh rasa kurang percaya diri, disinilah letak kepolosan Ilham dalam menerjemahkan hidup dan segala sesuatu yang mengelilingi hidup, termasuk wanita.
Lambat laun, Ilham menyadari bahwa setiap sikap atau ucapan yang dilontarkan Imelda adalah sesuatu yang harus segera ia terjemahkan. Hasilnya cukup membuat Ilham bingung, karena putri yang selama ini menjadi sasaran tembak para pejuang, akhirnya kalah oleh dia walapun dengan tidak menggunakan senajata cinta, sang putri terbujur kaku dalam melodrama cinta yang sama sekali tidak ia susun.
Bagi Imelda dan Ilham pertautan cinta mereka laksana Rama dan Shinta, tapi bagi orang lain lebih seperti Beauty and The Beast, keserasian mereka hanya untuk mereka sendiri tapi terlalu timpang dimata yang lain. Bukan untuk sekedar fisik, tapi lebih dari itu mereka ada dalam ketimpangan yang nyata. Imelda dengan perusahaan ayahnya yang luar biasa sangat mencolok dihadapan keluarga Ilham yang serba tak ada. Hal ini bisa ditebak, keduanya terganjal oleh restu.
Pada akhirnya restu inilah yang memisahkan mereka. Atas dasar titah dan rekomendasi sang ayah, Imelda meninggalkan kota ini, pindah ke Ibu Kota untuk menuntu Ilmu. Rama kalut ditinggal Shinta, ia merana dalam balutan hampa dan meronta dalam daya sepi yang terlalu kuat mengikat. Membuatnya seperti hilang dalam bungkus kabut yang tumbuh pekat dipikirannya.
Tak kuasa menahan rindu, akhirnya Ilham mengasah golok yang sudah lama tumpul di pikirannya. Dengan memberanikan diri, lelaki ini mengembara mencari Imelda, menyusuri tempat – tempat yang belum ia kenal di Ibu Kota dengan bekal tekad. Ilham bekerja sebagi kuli serabutan, badannya memang kurus kecil, namun berkat pekerjaan fisik di kampungnya dulu, telah mengolahnya menjadi seorang samson ceking.
Menjauhnya Imelda dari sang kekasih hati di kampung, membuat imelda sengsara. Hatinya remuk redam oleh kerinduan. Bungkus raganya yang dulu nampak begitu indah dengan pesona balutan yang menawan. Lambat laun teredusir, terkikis oleh erosi waktu, dimana sang waktu telah menderanya oleh cambukan – cambukan bathin yang menyiksa. Imajinasinya akan sang Rama membuat luntur secar emosi, bahkan fisik.
Kekuatannya dulu akan prinsip hidup, semakin lama semakin menurun. Tasbihnya akan kesucian hidup seperti dipermainkan oleh kesunyian dan penderitaan akan rindu yang begitu kuat. Terlalu sulit baginya untuk menghubungi Ilham, menggunakan apa. Bahkan untuk satu buah Handphone second murah pun Ilham tak punya. Dirumahnya, Ilham hanya memiliki satu TV Hitam putih tempo dulu, dan satu antane yang terpasang sedikit bengkok. Mana mungkin antena itu mampu menangkap sinyal Handphone. Pada akhirnya Imelda terperosok akan sugesti diri negatif yang begitu kuat dan menyiksa.
Kini, didermaga dingin Ilham terus menatap photo yang seolah hidup memberikan senyum nya. Keindahan senyumnya memantapkan kekuatan yang luar biasa bagi ilham untuk tetap bertahan mencari. Ia tak pernah tahu harus kemana mencari ditengah besarnya ibu kota, Ia hanya mengikuti langkah kaki dan irama cinta yang ditebarkan photo itu. Entah sampai kapan ia akan mencari. Kini tepat dua tahun lalu Imelda dan Ilham terpisah.
Sementara itu, dari kejauhan Imelda menatap Ilham, tersenyum getir dan pahit. Raganya bukan lagi kulit dan daging, kini ia hanya cahaya yang melayang tak kasat mata. Melayang di antara bumi dan langit, ia mendekati Ilham. Namun ilham tetap membisu dengan tatapan kosongnya. Imelda sadar, Ilham takan mampu melihat dia. Disini di dermaga ini sebulan lalu, Imelda tewas terjatuh disaat matanya menatap lautan mengharap sang kekasih datang dari seberang. Kini ia telah bertemu sang kekasih namun terpisahkan dalam dunia yang berbeda.
http://cerpen.net/cerpen-romantis/imelda.html
Ketika Aku Tanpamu
Aku duduk di atas rumput taman yang hijau, sesekali kuseka keringat yang membasahi keningku karena teriknya matahari di siang bolong seperti ini. Hanya angin sepoi-sepoi yang sedikit berhembus dan merontokkan dedaunan kering dari pohon mahoni tempat aku berteduh. Kulirik jam mungil berwarna pink pemberian Raka saat ultahku yang ke-15 tahun lalu di pergelangan tanganku, hampir pukul setengah 1. Padahal dia berjanji akan datang pukul 12, tidak biasanya dia ngaret.
Aku sedang menunggu Raka, sahabatku dari kecil yang selalu ada di saat suka dan duka. Tinggi, putih, agak gemuk tapi dia lucu. Tingkahnya nggemesin seperti anak kecil, celotehannya tak pernah ada habisnya, dia tipe orang ramai and tak bisa diam. Sejak SD, kami sudah akrab. Kemanapun pergi selalu bersama. Berangkat sekolah, mengerjakan PR, jalan-jalan, dan seperti sekarang ini. Janjian di taman pukul 12 siang untuk mencari kupu-kupu indah yang Raka yakini hanya muncul di kala hari minggu yang terik seperti ini. Aneh memang kedengarannya tapi aku nurut saja apa kata Raka. Apalagi bermain bersama Raka dan menghabiskan waktu bersamanya sangatlah menyenangkan. Aku bisa melupakan hal-hal yang membuatku sedih, I can refresh my mind with Raka.
Raka is my “best friend forever”, itu yang sering dia katakan padaku. Sosoknya yang lugu dan tidak banyak tingkah membuatku sangat nyaman berada disisinya. Mungkin karena itu juga sampai saat ini belum terfikir olehku untuk mencari seorang ‘pacar’ karena dengan bersama Raka, aku merasa sudah cukup. Dia yang bisa menghiburku disaat aku sedih, memberikan lelucon-lelucon konyol dan tebakan aneh, mengajakku makan di warung tenda yang ujungnya bayar sendiri-sendiri. Atau kalau kami sedang benar-benar BT, kami membawa sebuah kamera digital dan perlengkapan piknik lainnya untuk sekedar makan bersama di bawah pohon mahoni yang rindang di pinggiran taman dekat rumah kami. Tak ketinggalan aksi narsis-narsisan kami hingga menjelang sore. Alhasil, banyak sekali koleksi foto-foto kami sekarang.
Sudah 29 menit lebih 55 detik namun belum ada tanda- tanda kedatangan Raka. Selama ini, kami mempunyai komitmen bahwa toleransi terlambat janjian adalah 30 menit pas. Jika salah satu diantara kami tidak muncul juga maka kami boleh meninggalkan tempat.
“ Kurang 5detik, “ batinku dalam hati sambil menengok kanan kiri siapa tahu tiba-tiba Raka datang, toleransi untuk Raka sudah habis untuk hari ini. Sempat terbesit dalam benakku untuk menunggu 5menit lagi tapi tidak!! Bukannya ini sudah menjadi perjanjian jauh-jauh hari? Jadi inilah konsekuensi yang harus Raka terima karena telah melanggar janji. Aku mulai melangkahkan kaki meninggalkan pohon mahoni. Panas matahari seolah siap membakar kulitku, begitu terik. Namun, saat ku pandang langit aku melihat seekor kupu-kupu terbang di atas kepalaku. Indah sekali, sayapnya berwarna merah dengan garis hitam. Inilah kupu-kupu yang kami cari. Sejenak aku menatap kupu-kupu manis ini dengan seksama. Sebenarnya aku sudah sering melihatnya namun kali ini, dikala aku menyaksikannya tanpa Raka entah kenapa kupu-kupu tersebut nampak lebih indah dari biasanya. Ia lama terbang di sekitarku hingga aku seolah tidak merasakan panasnya matahari yang membuat keningku basah kuyup. Sampai kemudian, ia terbang menjauh dan menghilang... mungkin kupu- kupu itu tidak mau mengecewakanku meskipun aku kecewa karena ketidakdatangan Raka.
Aku menuju jalan raya berjalan kaki, melihat kendaraan berlalu lalang membuatku pusing apalagi keringat sudah membanjir. Aku baru mengambil langkah untuk menyeberang ketika tiba-tiba sebuah truk meluncur kencang dari arah kiri setelah menyalip sebuah sedan merah hati padahal dalam kondisi jalan yang begitu ramai seperti ini ada larangan mendahului untuk kendaraan bermuatan berat seperti truk kuning dengan 8 roda besar yang kokoh itu. Entahlah tapi tak ada yang bisa mencegah kejadian ini. Aku yang baru 3 langkah maju benar-benar tak memiliki sedikitpun kemampuan untuk menghindar. Boro-boro untuk berlari, mundur saja aku tak bisa. Dan truk itu semakin mendekatiku, rasanya aku sedang menyaksikan malaikat maut menjemputku, yang aku pikirkan hanyalah bagaimana aku menghadap Tuhan jika aku sungguh akan dijemput? Aku juga belum berpamitan pada ibuku. Dalam hitungan detik, truk menabrak tubuhku. Dan saat itu, aku tak dapat merasakan apa-apa. Hanya saja seolah-olah aku terbang, rasanya damai sekali. Aku sempat mendengar orang-orang berteriak mungkin mencemaskan keadaanku, sebelum akhirnya aku tak sadarkan diri.
#
Aku tidur lama sekali dan aku bermimpi bertemu dengan Raka, ternyata Raka sengaja bersembunyi di belakang pohon dan membiarkanku menunggu. Namun, 1detik sebelum time out dia sudah berdiri di belakangku. Hmm....dia memang sangat menyebalkan. Dan kami menemukan kupu-kupu seperti yang aku lihat ketika aku sendirian di taman. Namun herannya, kupu-kupu itu sama indahnya.
Aku membuka mata sedikit demi sedikit, rasanya badanku sakit semua. Tapi yang paling terasa adalah kakiku. Sosok pertama yang aku tangkap adalah ibuku, kemudian ayah, kakak, dan saudara-saudaraku. Tak ketinggalan pula di sisi kiriku ada Raka disana, dia menggenggam tanganku. Raut wajahnya yang kusut berubah menjadi ceria ketika tau bahwa aku telah sadar. Aku belum bisa berkata, masih berat dan lemas sekali. Hanya senyum simpul yang dapat aku berikan untuk semua yang ada disini. Untuk menyampaikan bahwa aku baik-baik saja.
“ Na, alhamdulillah kamu udah sadar. Kamu tidur lama banget Na, “ kata Raka, walaupun ia berusaha menutupi tapi aku melihat kelopak matanya basah sedikit, Raka menangis.
“ Iya, sudah 1 hari 1 malam kamu tidur, tadi malam Raka menunggu kamu. Kami sangat khawatir, sayang, “ tambah ibu sambil membelai rambutku.
Tenggorokanku kering sehingga sulit untuk memulai berkata, tanganku memberi isyarat bahwa aku ingin minum. Ibu mengambilkan segelas air putih di meja, aku meminumnya. Alhamdulillah terasa lebih lega dan lebih ringan untuk bicara.
“ Jam berapa? “ kalimat pertama yang aku ajukan.
“ Jam 2 siang, sayang, “ jawab ibu. Aku tidur lama sekali, padahal seingatku kemarin aku memejamkan mata secara paksa sekitar pukul 12.35 sampai mataku rasanya membesar.
“ Ibu, aku kenapa? “ tanyaku lagi, aku masih belum ngeh dengan keberadaan Raka.
“ Kamu jatuh di jalan, kecelakaan. Om Dicky yang pertama menemukanmu dan membawa kamu kesini. Bagaimana perasaanmu, sayang? “ kata-kata ibu yang lembut membuatku senang. Tadinya aku pikir tak kan bisa melihatnya lagi jika saat itu nyawaku tak tertolong. Syukur alhamdulillah aku masih bisa membuka mata, terimakasih Ya Tuhan!
“ Aku lapar bu, “ celetukku tiba-tiba dan membuat geli semuanya. Aku memang sangat lapar, 24jam lebih aku tidur kan gak bisa makan dan sekarang perutku kosong sekali, untung saja maaghku gak kambuh.
“ Iya, ibu suapin makan ya, “ ibu mengambil seporsi makanan dan mulai menyuapkannya padaku. Sebenarnya makanan ini terasa aneh di lidahku, sama sekali bukan makanan kesukaanku. Gak manis, gak asin, cuma gurih sedikit. Padahal aku penyuka masakan asin sejati. Tapi ya sudahlah, namanya juga orang lapar apapun oke. Tak disangka nafsu makanku gak berubah, makanan habis aku lahap.
“ Enak makanannya ya Ren? “ tanya Reno, kakakku.
“ Gak berasa, “ jawabku singkat.
“ Kok habis? Laper apa doyan? “ ledek kakakku.
“ Orang lagi laper, ya udah makan aja. “
Raka masih terdiam di sisiku. Ups! Aku tak sadar tidak mempedulikan dia. Tapi kenapa dia jadi pendiam seperti ini? Dia sedikit sekali bicara, mana Raka yang suka bercelotah itu? Aku merasa kehilangan sesuatu dengan kebisuan Raka.
“ Raka, “ panggilku sembari menghadapnya.
“ Iya Na, “ ia kembali menggenggam tanganku, terlihat rasa bersalah yang begitu dalam tergambar di matanya.
“ Kamu kenapa? Kamu khawatir ma aku? Aku gak papa kok Raka, kamu tenang aja. “ aku berusaha menghiburnya.
“ Sayang, ibu keluar dulu ya. Kamu ngobrol dulu sama Raka, “ pamit ibu.
“ Iya, bu, “ jawabku.
“ Na, aku minta maaf gak datang, aku salah buat kamu nunggu. Dan karena aku gak jagain kamu, kamu harus berada disini , “ Raka menundukkan kepala di hadapanku, dia menangis.
“ Raka, “ aku mengelus rambutnya “ Kamu jangan merasa bersalah kaya gitu, iya sih aku kecewa kamu gak dateng tapi ya udahlah gak papa, aku gak nyalahin kamu sama sekali. Semua ini emang udah seharusnya begini, “ Raka masih tidak bergeming, ku angkat wajahnya yang tertunduk. “ Kamu kok nangis? Kamu bilang cowok gak boleh nangis, gak gentle bgt sih. Kamu gak malu apa kalo ada yang lihat? Gak malu juga ma aku? “
Tiba-tiba dia memelukku erat sekali, aku tak tahu harus berbuat apa maka aku membalas pelukannya.
“ Maafin aku Na, “ katanya lagi.
“ Iya, udah aku maafin. Udah kamu jangan minta maaf lagi, “
“ Tapi gara-gara aku kamu harus kehilangan hampir separuh hidup kamu, “ aku tak mengerti apa yang Raka katakan. Aku merasa baik-baik saja, hanya memang sedikit lemah tapi tak ada hal ganjil kok terus kenapa Raka bilang seperti itu?
“ Kamu ngomong apa sih Raka? “ aku jadi ingin tau maksud perkataannya. Sebelum Raka menjawab, ku coba gerakkan satu demi satu bagian tubuhku, tangan, kepala, dan......kaki. Ada sedikit yang berbeda ketika aku berusaha mengerakkan kakiku, berat.
“ Aduh....”, keluhku sebentar.
“ Kenapa Na? “ tanya Raka.
“ Kakiku sakit, Ka. Kok yang kiri gak bisa ditekuk ya? “ aku semakin penasaran apa yang terjadi. Tanpa pikir panjang aku buka selimut yang sedari tadi sempurna menutupi kakiku. Saking sigapnya aku bahkan Raka tak bisa melarangku untuk membukanya.
Dan......................................
Kaki kiriku cuma separuh, apa ini mimpi? Aku terbengong menyaksikannya, masih dengan ketidakberdayaannya Raka memeluk pundakku. Apa ini yang Raka bilang bahwa aku hampir kehilangan separuh hidupku? Jadi aku cacat sekarang? Kakiku di amputasi. Ya Tuhan cobaan apa ini??? Kini aku harus melanjutkan hidupku hanya dengan satu kaki. Air mataku mulai menetes, sedih, hancur dan terpukul melihat kenyataan yang harus aku jalani. Cepat sekali Engkau melakukan ini ya Tuhan, kemarin aku masih bisa berjalan dengan kokoh di atas kedua kakiku untuk menunggu Raka tapi kini? Tapi sudahlah, tiada guna menyesali apa yang sudah terjadi, aku hanya bisa meyakinkan diriku bahwa ini jalan terbaik untukku saat ini menurutNya. Karena Dia sangat sayang padaku, aku yakin ada hikmah besar yang bisa aku ambil. Aku segera menetralisir perasaanku agar Raka dan semua keluargaku tidak mengkhawatirkan hal ini, mungkin mereka takut aku akan syok ketika mengetahuinya. Sementara Raka masih memelukku sambil berlinang air mata, bahkan dia menangis lebih banyak dariku.
“ Na, maafin aku “
“ Iya, “ aku menyeka mataku yang basah dan memandangnya lagi.
“ Na, kaki kamu.....” aku tersenyum padanya, mencoba menahan gejolak hati yang tengah menerpaku saat ini. Dan aku kembali tersedu, terasa lebih dalam dan sakit. Aku pun menunduk lagi.
“ Na….., “ Raka mengelus rambutku lembut serta berusaha menenangkanku. Aku sama sekali tak mampu berkata apa-apa lagi. “ Maafin aku, Na. Tapi kamu tenang aja karena sekarang udah banyak kaki palsu dan kelak kamu bisa memakainya. Kamu masih tetap bisa sekolah dan aku akan bantu kamu. “ tambah Raka.
“ Ka, kamu masih mau kan ngajak aku jalan ke taman lagi? “ tanyaku pada Raka.
“ Iya, tentu. Aku akan ajak kamu kemanapun kamu mau, mulai sekarang aku janji gak akan pernah ninggalin kamu. Aku bakal ngejagain kamu Na tapi kamu jangan sedih ya, kamu pasti kuat. Kamu adalah cewek yang tegar. Ohya, aku juga akan nemenin tiap kamu terapi. Pokoknya selagi bisa, aku selalu di deket kamu untuk bantu kamu, Na. Kita juga bisa ke taman lagi minggu siang untuk melihat kupu-kupu, “ hibur Raka yang berusaha meyakinkanku bahwa semua tidak akan berubah walaupun aku sudah cacat.
“ Ohya Raka, kemarin aku lihat kupu-kupu itu, indah sekali bahkan lebih indah dari yang biasa kita lihat. Sayang aku lihatnya gak sama kamu, ” sesalku.
“ Besok-besok pasti kita bisa kesana lagi, aku janji. “ dan Raka mencium keningku.
#
Semenjak itu, Raka benar-benar menepati janjinya. Dia selalu menemaniku kecuali ketika ia sekolah. Yah, dengan kondisi seperti ini aku belum diijinkan masuk sekolah padahal aku rindu sekali belajar dan bertemu dengan teman-teman. Selama kurang lebih 6 bulan aku hanya bisa menghabiskan waktu di rumah, tak banyak hal yang bisa aku lakukan karena aku tak bisa melakukannya sendiri. Bosan sekali sebenarnya tapi mau gimana lagi. 1 hal yang bisa mengisi kehampaan hatiku adalah keberadaan Raka yang senantiasa menceritakan keadaan di sekolah, di tempat-tempat biasanya kita jalan sehingga walaupun di rumah aku tak ketinggalan hal-hal baru yang tak bisa kusaksikan secara langsung. Selain itu, beberapa teman kerap mengunjungiku dengan sejuta cerita. Senang sekali bisa bercanda bersama mereka lagi. Memang selama 6 bulan ini tempat yang sering aku kunjungi hanyalah rumah sakit, untuk apalagi kalau bukan untuk check up dan memulai terapi kaki. Seperti hari minggu yang cerah ini, Raka sudah sampai di rumahku pukul 9 pagi.
“ Udah mandi, Ka? “ tanyaku sambil menarik kursi roda yang kunaiki.
“ Udah dong enak aja kamu, “ balasnya.
“ Biasanya juga gak mandi kok, hehehehe “ aku mendekatinya.
“ Siap untuk terapi? “ kata Raka sambil sedikit mengacak rambutku.
“ Siap bos! “ candaku.
“ Kita berangkat sekarang yuk! “ ajaknya.
“ Oke! Ibu, ayah, Rena berangkat ya “ pamitku sebelum pergi. Tak berapa lama ayah dan ibu keluar. Raka mendorong kursi rodaku menuju mobilnya. Dengan sigap ia juga membopongku untuk masuk sementara ayah melipat kursi roda dan meletakkannya di kusi belakang.
“ Hati-hati ya, “ pesan ibu.
Ini adalah terapi ketigaku, 2 terapi sebelumnya belum memberikan banyak kemajuan karena kata dokter kakiku masih butuh pelemasan supaya lebih mudah untuk digerakkan. Tapi aku harus bisa!!
“ Raka, kamu tunggu di luar aja ya? “ pintaku sebelum masuk ruang terapi.
“ Kenapa? Aku kan pengen lihat kamu Na, “ ucapnya.
“ Gak papa tapi kalau ada kamu aku jadi gak bisa konsentrasi, “ rayuku.
“ Hmmm...ngelihat cowok ganteng kaya gini ya, hehehe “
“ Siapa bilang? Gak konsen ada makhluk jelek yang ngelihatin aku terus, “ balasku.
“ Ya udah aku tunggu disini ya tapi kalo tiba2 kamu berubah pikiran, aku siap masuk. “
Aku mulai melangkahkan kaki, berat sekali tapi suster terus memacuku untuk bergerak. Dengan sekuat tenaga aku menguatkan pegangan dan berusaha maju, keringat sudah membasahi keningku. 30 menit usai, itu tandanya usai sudah terapiku hari ini. Terapi ini memang hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja agar aku tidak terlalu capek namun harus rutin dilakukan. Setelah mengucapkan terima kasih pada dokter dan suster aku keluar dari ruangan. Raka masih duduk di sana, menungguku. Ku sunggingkan senyum ketika dia menghampiriku.
Seperti tadi pagi, dia pelan mengangkat tubuhku dari kursi roda. Entah kenapa tiba- tiba aku ingin sekali memeluknya. Kulingkarkan kedua tanganku pada lehernya dan menyandarkan kepalaku di pundaknya. Aku tak tahu apa yang aku rasakan tapi mataku basah. Hingga Raka mendudukkanku di dalam mobil. Dia tidak menyadari apa yang terjadi padaku. Kemudian Raka turut masuk dan sepertinya dia menoleh padaku.
“ Na, “ dia memegang pundakku. Aku tak sempat menghapus air mata dan melihatnya.
“ Kamu kenapa kok nangis? “ dia tampak kaget melihatku. Aku cuma menggelengkan kepala namun justru embun ini semakin deras. Aku menunduk dan Raka memelukku erat. Hatiku kebas, ini adalah masa-masa sulit ketika aku benar-benar menyadari aku tak bisa berjalan normal seperti dulu lagi. Hidupku sangat bergantung pada orang lain dan selamanya akan terus begini. Aku tak mampu berkata, hanya saja isak tangisku semakin terasa. Raka mengelus rambutku lembut.
“ Kenapa Na? Apa yang dokter bilang? “ tanya Raka cemas.
“ Dokter gak bilang apa-apa, Raka. “ jawabku, “ aku.............” tak bisa ku lanjutkan, aku kembali memeluk Raka lebih erat. Dan Rakapun tidak bertanya lebih lanjut, dia berusaha menenangkanku dengan caranya memelukku, seolah dia meyakinkan bahwa dia selalu ada untuk menghiburku.
#
Sejak kejadian itu, Raka semakin intensif menjagaku. Tapi aku jadi semakin tidak enak hati, aku merasa waktunya hanya untukku sampai ia tak bisa main sepak bola lagi. Suatu hari aku mengetahui bahwa akan ada turnamen sepak bola antar sekolah. Raka adalah andalan tim inti sekolah, aku berniat untuk menyaksikannya bersama kakakku. Namun aku sungguh kecewa ketika aku mendengar Raka tidak bisa ikut karena jadwal latihan yang terlalu padat padahal kegiatan ini sudah menjadi rutinitasnya sejak dulu, kenapa tiba-tiba dia merasa keberatan?
Sore ini Raka mengunjungiku seperti biasa....
“ Kenapa kamu gak ikut turnamen? “ kataku menginterogasi.
“ Aku pengen istirahat Na, jadi bisa terus jagain kamu, “
“ Bohong! Aku emang butuh kamu tapi aku gak suka gara-gara aku kamu gak ikut turnamen. Aku ngerti banget kamu suka sepak bola. Jagain aku bukan alasan yang tepat untuk kamu absen. Pokoknya kalau kamu tetep gak ikut, aku gak mau ketemu kamu lagi. “ kataku tegas.
“ Tapi Na...”
“ Gak ada tapi-tapian, udah cukup kan apa yang aku bilang tadi? “ aku memutar kursi roda dan masuk ke dalam kamar tanpa memberi kesempatan pada Raka untuk bicara lagi. Ku dengar ia berpamitan pada ibu dan meninggalkan rumahku.
Malam harinya.....
Aku sedang membaca buku Chicken Soup di kamar, Hpku berbunyi, ada sms. Dari Raka.
“ An, aku udah mutusin untuk ikut turnamen. Aku janji akan rajin latihan, dan aku pengen kamu nonton ya di lapangan pusat 2 hari lagi jam 2 siang. “ aku tersenyum senang membaca sms Raka.
“ Iya, insyaAlloh aku dateng. Semangat ya! “ balasku.
Tiba pada hari itu, aku datang ke lapangan sepak bola bersama kak Reno. Kami mengambil posisi paling depan pojok kanan karena aku tetap duduk di kursi roda. Aku juga bertemu beberapa teman sekolah yang ingin menyaksikan pertandingan. Aku melihat Raka bersama tim, dia menangkap keberadaanku dan berjalan menghampiri.
“ Udah siap kan Raka? “ kataku.
“ Siap!! Doain ya Na “
“ Siiip! “ ku acungkan 2 jempol ke arahnya.
Babak pertama dimulai, Raka dan tim mulai menggiring bola. Aku sangat bersyukur masih bisa menyaksikan Raka main bola. Sepanjang jalannya pertandingan sosok Raka tetap mempesona, dia sangat lihai menguasai bola. Alhasil, dia berhasil memasukkan 2 gol, hore!! Akhirnya tim Raka menang dengan skor 3-2. Sebelum pulang, kak Reno meninggalkanku ke toilet sebentar di dekat lapangan. Sedangkan aku menunggu di jajaran bangku penonton. Tiba-tiba segerombolan cowok mendekatiku, tampang mereka biasa saja sehingga aku tak banyak khawatir. Namun salah satu di antara mereka menyenggol kursi rodaku sementara yang lain tertawa dengan bahak, aku tidak berdaya untuk mengelak tapi aku yakin pasti mukaku saat ini sangat ketakutan. Dan salah satu yang sedari tadi berdiri di belakangku mendorong kursi roda yang kutumpangi dengan keras, sampai aku terjatuh.
“ Auw....” teriakku agak keras tapi cukup untuk mengalihkan perhatian Raka yang sedang berkumpul bersama tim. Dia segera berlari mendekatiku yang sudah jatuh di atas rumput lapangan dengan posisi kursi roda hampir terbalik.
“ Apa yang kalian lakukan? “ katanya geram pada segerombolan anak tadi yang ternyata masih disana dan menertawakanku. Tak ada satupun yang menjawab justru mereka tertawa semakin terbahak. Mereka baru pergi ketika anak-anak 1 tim Raka datang dan mengusir mereka.
“ Rena, kamu gak papa? “ Raka cemas. Aku hanya mengangguk dan menutupi mukaku, aku menangis. Tak disangka pertama kali aku keluar rumah, aku benar-benar tidak bisa diterima. Kenapa mereka tega melakukannya padaku. “ Jangan takut ya Na, mereka udah pergi “ kemudian Raka membopongku ke kursi roda lagi. Kak Reno yang baru datang kaget melihat bajuku kotor tapi Raka segera menjelaskannya.
#
6 bulan sudah, hari ini aku mulai bisa sekolah. Sebenarnya aku sudah bisa memakai kruk untuk berjalan namun belum terlalu lincah sehingga dokter menyarankan agar aku memakai kursi roda dulu untuk sekolah. Setiap hari Raka manjemput dan mengantarku pulang, dia juga tak jarang mengunjungiku di kelas karena kami berbeda kelas. Kedekatan kami tentu saja bukan hal yang patut diperbincangkan karena teman-teman sudah paham bahwa kami dari dulu memang sudah dekat.
“ Raka, aku pengen deh lihat kamu punya pacar, “ ucapku suatu hari ketika istirahat di kantin.
“ Ha? Pacar? Buat apa? “ candanya.
“ Raka, kamu gak lupa kan kita udah kelas tiga SMA bentar lagi kita kuliah. Masa kamu sama sekali gak pernah suka sama cewek, “ ledekku.
“ Ya pernah lah Na, tapi aku masih belum mau pacaran. Ntar kalo aku punya pacar siapa yang mau jagain kamu, “
“ Hmm...kalo itu mah gak usah khawatir. Sekarang aku udah lebih bisa ngapa-ngapain sendiri, kan aku bisa pake kruk, “ kataku. “ Aku pengen lihat kamu bahagia sama orang yang kamu sayang Ka “ kalimat itu begitu saja keluar dari mulutku, entah Raka menanggapinya dengan serius atau tidak tapi dia sempat memandangku sebentar.
Akhir-akhir ini masalah Raka dengan cewek agak menganggu pikiranku, aku sudah bersama-sama Raka sejak kelas 4 SD, jadi kurang lebih hampir 9 tahun dan selama itu jarang sekali aku mendengar Raka mendekati cewek. Apa mungkin karena kami begitu dekat sehingga cewek-cewek gak mau merespon Raka? Padahal kami kan hanya sahabat, tak lebih dari itu. Kisah cintaku memang tidak sekosong Raka. Ketika SMP kelas 2 aku sempat menyukai seseorang, namanya Dimas. Dia anak basket sekaligus aktifis OSIS, kami dekat karena kami sering bekerja sama. Aku tahu Dimas punya perasaan yang sama, dalam beberapa kesempatan dia kerap memberiku hadiah. Namun, dia tak pernah mengungkapkan perasaannya secara langsung padaku sampai akhirnya dia melanjutkan SMA di luar kota. Setelah itu aku tak pernah mendengar kabarnya tapi 2 bulan yang lalu ketika ia tahu aku kecelakaan dia datang menjenguk, masih dengan ketidakjelasan dan tanpa kata-kata mengenai hubungan kami. Saat itu, Raka tak henti-hentinya meledekku. Katanya Dimas tuh sebenarnya sayang sama aku tapi terlalu gengsi untuk jujur ( sok tau bgt ya ). Sampai saat ini, alhamdulillah kami masih berkomunikasi. Beberapa kali juga aku ditembak cowok, ada yang lewat teman sekelas, ngajak ketemuan lewat surat, dan tak sedikit yang meminta bantuan Raka karena mereka pikir Raka tau segalanya tentang aku. Bahkan di saat aku ultah atau perayaan valentine tiba- tiba aku mendapatkan kado yang datang dari Raka.
Tak terasa kami sudah masuk semester 2 kelas 3, itu artinya UAN semakin dekat. Syukur alhamdulillah kakiku sudah mudah untuk bergerak, kini aku bisa memakai kruk untuk sekolah. Tapi mulai awal semester ini aku menangkap sebuah perubahan dalam diri Raka. Dia jarang mengunjungiku, bukan jarang tepatnya tapi tidak sesering dulu ( dulu kan setiap hari ). Tapi aku maklum karena seluruh siswa kelas 3 memang sangat sibuk menghadapi UAN, mulai dari pengayaan di sekolah belum lagi les privat yang aku ambil di rumah untuk lebih mengintensifkan belajarku. Sosialisasi dari beberapa universitas juga sudah banyak yang mendatangi sekolah kami. Aku mengikuti jalur pmdk sebuah universitas negeri di semarang sedangkan Raka memilih jurusan komunikasi di kota yang sama. Untung saja persyaratannya tidak terlalu ribet, aku hanya perlu mengumpulkan fotokopi raport yang sudah dilegalisir, selebihnya pihak TU yang mengurus.
Suatu ketika kak Reno mengajakku jalan-jalan naik mobil. Di depan sebuah toko aksesoris, aku melihat Raka dengan seorang cewek. Kalo aku tidak salah lihat itu kan Sandra, teman seangkatan sesama aktif di OSIS waktu SMP dulu. Senyum tersungging di bibirku, aku senang melihat Raka pergi berdua dengan cewek. Tapi kenapa Raka tidak bercerita apa-apa ya?
“ Na, aku mau ajak kamu ke taman minggu besok. Kamu mau kan? “ tanya Raka ketika menjemputku jumat pagi.
“ Oke, aku tunggu ya “
Waktu merangkak begitu cepat, hari minggu tiba. Aku sudah siap dijemput pukul 11 dan tak berapa lama Rakapun datang. Kami menuju ke taman, sudah cukup lama kami tidak kesini jadi aku sangat rindu tempat yang menyimpan begitu banyak kenanganku bersama Raka. Aku berjalan tertatih dengan kruk, Raka setia mengiringi langkahku yang begitu pelan hingga kami sampai di bawah pohon mahoni besar yang semakin rimbun.
“ Tumben kamu ajak aku kesini, Raka, “ tegurku.
“ Aku pengen ngobrol banyak ma kamu, Na, “ dia bersandar di batang pohon yang besar. Aku menoleh ke arahnya. “ Mau bersandar sama aku? “ kata Raka menawari, tangannya terbuka. Tanpa ragu aku menyambutnya, aku mundur sedikit lalu menyandarkan tubuhku di lengan kirinya. Dia memelukku lagi, kepalaku tepat sekali berada di bawah kepalanya.
“ Mau ngobrol apa? “
“ Aku lagi deket sama cewek, Na “
“ Sama Sandra ya? “ kataku seolah menebak.
“ Kok kamu tau? “ dia kaget karena tebakanku benar.
“ Iya dong, Rena gitu loh. Tapi kamu kok gak cerita ma aku sih, “
“ Ini lagi mau cerita. Aku deket sama dia juga belum lama, sekitar 1 bulan ini. Dia baik, lucu, perhatian. Aku juga mengagumi kepribadiannya tapi aku masih belum yakin apa dia cewek yang cocok untukku. Aku gak mau salah langkah Na apalagi sampai menyakiti perasaan Sandra tapi sampai saat ini aku gak bisa berbuat banyak. “ Raka terlihat sangat bingung.
“ Raka, perjuangan kamu baru di mulai, kamu jangan putus asa dulu dong. Kamu harus berani ambil resiko, kamu gak akan tau hasilnya sebelum mencoba kan? Jadi kamu seharusnya positive thinking, sepahit apapun yang akan terjadi kamu harus terima. Cinta itu sudah selayaknya diperjuangkan, dan sebagai cowok tunjukkan kejantananmu. Hehehe, “ aku memegang tangan Raka dan menatapnya. “ Alloh selalu bersama orang yang mau berusaha, kamu itu orang baik dan insyaAlloh orang baik gak akan jauh dari kebaikan. Kamu harus percaya itu ya, “ Raka tersenyum mendengar kata-kataku.
“ Makasih ya Na, kamu selalu bisa membuatku tenang. Aku sayang bgt sama kamu, Na, “
“ Iya dong, kita kan BFF ( best friend forever ) “ ucapku lalu mencubit pipinya.
#
Kini, kami sudah beranjak remaja, 18 tahun. Kami kuliah di kota yang sama namun berbeda universitas. Kami diterima lewat jalur pmdk yang pernah kami ikuti dulu. Sudah 2 tahun pula sejak kecelakaan itu, kini aku bisa mandiri. Kuliahku menyenangkan, kadang-kadang Raka berkunjung ke kostku jika ada waktu luang. Ohya, mengenai Sandra aku tidak pernah mendengar tentangnya lagi dari Raka sejak di taman itu. Tapi Lani bilang Sandra juga kuliah di kota ini.
Sabtu sore, Raka janji akan datang ke kost. Aku menunggunya sedari pukul 5 sembari ngobrol dengan anak-anak kost. Sampai adzan maghrib dan menjelang pukul 7 Raka belum datang. Lalu kuputuskan untuk menunggunya diluar. Semakin malam udara semakin dingin, untung saja aku ditemani Dina dan Eva.
“ Emang tadi Raka bilang mau ke sini jam berapa Na? “ tanya Eva.
“ Gak bilang tepatnya sih, cuma katanya sore, itu doang. “
“ Ini udah hampir jam8 lho, mungkin aja Raka ada kepentingan jadi gak dateng. “ kata Dina.
“ Tapi kan mestinya dia ngabarin. Kamu udah berusaha sms dia? “ tambah Eva.
“ Hpnya gak aktif, “ jawabku lemah.
1 jam lewat sudah, jam berkunjung kost juga sudah habis. Dina dan Eva mengajakku masuk apalagi hujan mulai turun namun aku masih berat. Sampai kak Mira merayuku dan memintaku masuk baru aku nurut. Eva membalik kursi rodaku dan mendorongnya masuk. Baru saja kami hendak memasuki daun pintu, aku mendengar suara Raka memanggil.
“ Rena....” aku menoleh dan benar Raka berdiri di pintu gerbang yang sudah tertutup.
“ Raka...” aku begitu senang dengan kedatangannya. Aku kembali membalikkan kursi roda dan hendak menghampiri Raka tapi ka Mira menghentikanku, mengambil payung ke dalam lalu berjalan menuju gerbang, membukakan pintu untuk Raka. Sementara aku menunggu di teras.
“ Maafin aku, Na “ dia spontan memelukku, tidak terlalu erat karena dia sadar bajunya basah dan dia gak mau membuatku kedinginan. “ Hpku ketinggalan, aku gak bisa ngasih tau kamu. Tapi aku janji aku akan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Kamu mau maafin aku kan? “ pinta Raka sambil memegang kedua pipiku. Dan aku mengangguk. Sekali lagi dia mendekapku tapi tiba-tiba aku merasa lemas sekali, pusing dan aku tak sadarkan diri.
#
Aku bermimpi.........
Ku lihat Raka pergi meninggalkanku bersama seorang wanita, dia bahkan tidak peduli padaku ketika aku berteriak memanggilnya. Dia terus berjalan menjauh dariku bahkan tidak menolong saat aku terjatuh dari kruk. Aku takut sekali...
“ Raka....” aku terbangun. Ini masih tengah malam, pukul 2 pagi. Kak Mira dan Eva menungguku, mereka baik sekali. Untung mereka tidak terbangun dengan teriakanku. Aku merasa lebih baik, tidak pusing lagi. Namun bayang-bayang Raka dalam mimpi masih menganggu. Apa arti dari mimpi barusan?? Ku ambil HP lalu ku buka foto kami berdua ketika awal kuliah dulu. Aku sayang Raka......
Untuk menebus kesalahannya, minggu pagi Raka sudah stand by di kost. Dia mengajakku ke taman dekat kampusnya. Dari dulu kami memang sangat identik dengan taman ya? Dimanapun berada, tempat yang paling nyaman bagi kami adalah taman.
“ Kamu kok cemberut aja, Na? “ tegur Raka dalam perjalanan. “ Kamu marah ma aku ya? “
“ Kalo iya kenapa? Kamu ingkar janji, Raka “
“ Aku tau aku salah, Na. Tapi semua ada penjelasannya, kamu mau dengerin kan? “
Sesampainya di taman, Raka mendorong kursi rodaku menuju tempat duduk di dekat air mancur. Dia mulai berkata....
“ Sebenarnya sebelum aku ngajak kamu pergi kemaren sore, aku berencana ngajak Sandra jalan. Tapi dia menolak jadi aku kepikiran untuk dateng ke kost kamu aja. Ternyata di luar rencana sabtu siang Sandra telepon dan bilang dia mau jalan ma aku. Waktu itu aku udah bilang kalau aku punya janji sama kamu tapi katanya kalau cuma itu kesempatanku, dia gak akan pernah mau aku ajak pergi lagi lain waktu. Karena saking bingungnya, sampai Hpku ketinggalan padahal niatnya aku mau sms kamu. Aku juga tak enak hati pinjam hp Sandra. Jadi selesai nganter Sandra pulang, aku berusaha untuk menemui kamu walaupun sebentar. Aku nyesel atas kejadian ini, Na. Aku gak bermaksud buat kamu nunggu di luar selama itu dan buat kamu pingsan gara-gara kedinginan. Aku minta maaf, “ Raka meraih tanganku dan menggenggamnya erat. Jauh dalam lubuk hati, aku sungguh kecewa pada Raka. Kini aku baru benar-benar merasa akan kehilangan Raka, walaupun aku pernah bilang ingin melihatnya bahagia bersama orang yang dia sayang namun sepertinya bukan Sandra cewek yang aku maksud.
“ Ohya Na, aku pengen kamu ketemu Sandra. “ Raka pergi sebentar lalu kembali bersama Sandra. Ia cantik, manis, putih, dan tentu saja sudah banyak berubah sejak menjadi mahasiswi.
“ Kami udah jadian, Na “ kata Raka. Sandra tersenyum dan mengulurkan tangan. Aku membalas dengan kikuk. Mereka jadian? Secepat itu? Kenapa berita ini begitu memukulku? Aku bahkan tidak merasa ada firasat apa-apa, hanya mimpi tidak jelas tadi malam kan??
“ Selamat ya, semoga kalian langgeng, “ aku berusaha menunjukkan bahwa aku turut bahagia. Meskipun hati ini belum rela.
“ Makasih, Na “ balas Sandra.
“ Emm...Raka, aku mau pulang sekarang “ kataku.
“ Kita kan belum makan, Na. Lagian kita baru sebentar di sini, “ Raka mencegahku.
“ Iya, Na. Mending kamu temenin Raka jalan-jalan dulu soalnya aku gak bisa lama-lama, aku ada janji sama temen. “ Sandra menambahkan. Aku mengangguk tanda setuju lalu ia pun pergi.
Kemudian Raka mengajakku keliling taman, ada banyak bunga-bunga indah, beraneka ragam, serta tak ketinggalan kupu-kupu. Aku sangat senang ketika sebuah kupu-kupu cantik hinggap di lenganku.
“ Kupu-kupunya bagus ya, Raka “ aku diam mengamatinya, Raka juga ikut duduk di sampingku. Tak berapa lama kupu-kupu terbang tinggi....
“ Aku seneng lihat kamu senyum kaya gini, Na. Kamu jangan pingsan-pingsan lagi ya, aku takut kamu kenapa-kenapa. “ muka Raka sangat serius, gak biasanya.
“ Apaan sih serius amat, kemaren kan aku kecapekan nunggu kamu jadi aku pingsan tapi sekarang aku udah sehat lagi, lihat kan? “
“ Iya, aku emang salah. Aku punya tanggung jawab penuh jagain kamu di sini, Na. Ayah ibu kamu udah percaya bgt sama aku dan aku gak pengen ngecewain mereka. “ kami menatap satu sama lain.
“ Raka, aku boleh peluk kamu? “ tanyaku.
“ Kenapa harus ijin dulu? “ katanya heran.
“ Karena sekarang kamu bukan jomblo lagi, aku gak mau bikin Sandra cemburu dan marah sama kamu gara-gara kita terlalu deket. Gimanapun juga kamu harus mikirin perasan Sandra karena dia adalah pacar kamu, “ aku mengingatkan Raka sejenak akan statusnya sekarang.
“ Tapi aku gak pengen persahabatan kita berubah, Na. Aku ingin kita tetap sama. Dulu, kemaren, besok, dan seterusnya. “ Aku langsung merangkulnya sebelum dia melihat mataku basah. Takut yang aku rasakan di mimpi tadi malam sungguh jelas tergambar sekarang, mungkin inilah yang ingin Alloh kasih tau padaku.
Dan benar saja, pertemuanku dan Raka semakin jarang saja. Aku memang tidak pernah minta ketemu. Dalam artian, aku tidak mengharuskan Raka datang 1minggu 3 kali seperti biasanya. Raka hanya datang tiap jumat sore, itu juga tidak lama. Selebihnya dia menghabiskan waktu bersama Sandra, pacarnya. Jujur aku merasa sangat kehilangan sosok Raka, hubungan kami kebanyakan dari komunikasi saja. Tapi tak apalah yang penting Raka tidak lupa padaku. Sampai aku berkenalan dengan Gilang, anak Akuntansi 2 tahun di atasku. Kami bertemu di acara seminar nasional mengenai dunia tulis menulis yang diselenggarakan oleh Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Gilang kerap mengunjungiku ke kost, badannya tinggi tegap, manis, dan berotot, dia pemain basket. Kadang aku berkata apa dia gak malu jalan ma aku padahal semua orang juga tau sangat repot bepergian bersamaku. Yang harus mengiringi langkahku dengan kruk.
“ Aku gak akan kehilangan muka gara-gara jalan atau ketemu sama kamu, Ren. Tapi yang pasti aku ingin sekali jadi orang yang bisa jagain kamu. Aku gak rela cewek manis dan berkepribadian mulia seperti kamu di sia-siakan. Aku tau kamu gak selemah yang orang lihat. Karena kamu selalu bertekad untuk sembuh, sembuh, dan sembuh. Itulah yang buat aku sadar bahwa aku harus mensyukuri apa yang aku punya sekarang. Dan karena kamu juga, aku bisa bersikap lebih baik kepada orang tuaku. Dalam kondisi begini, kamu masih bisa ngajarin orang yang secara fisik sehat seperti aku ini. Kamu bahkan lebih mengenal hidup dan kehidupan jauh dibanding aku. Aku senang bisa ketemu dan kenal kamu, Na, “ itu yang Gilang katakan, bijaksana ya.
Aku akui perhatian Gilang lebih banyak dari Raka, aku pun tak bisa menyalahkan Raka karena dia punya pacar. Itu semua adalah hak Raka sepenuhnya. Tapi memang rasa kehilangan itu tetap ada. Selama 9 tahun, Raka sudah menemaniku. Sekarang saatnya Raka mencari kebahagiaannya, aku akan berusaha ikhlas. Dengan lebih mendekatkan diri pada Gilang, aku berharap bisa sedikit melupakan kekosongan hatiku gara-gara Raka tapi sulit sekali. Gilang juga tau tentang Raka.
2 hari sebelum tgl 15 Mei yang berarti hari ulang tahunku, Raka datang ke kost. Ini adalah kunjungan pertamanya setelah 10 hari lamanya.
“ Na, kamu mau hadiah apa besok? “ tanyanya.
“ Aku gak minta apa-apa, aku cuma pengen kita tetep jadi sahabat untuk selamanya. “
“ Ah, sok romantis kamu, “ ledeknya. “ Kalo gitu, aku traktir kamu makan aja ya “
“ Wah, mau dong ditraktir. Aku jadi semangat nih, hehehe “
“ Huu dasar! Tapi aku pengen kita pergi berdua aja ya, lama kan kita gak jalan? “
“ Ya iya lah orang kamu sibuk pacaran terus, “ candaku sembari tersenyum.
Kali ini Raka tidak bohong, dia menjemputku sehabis maghrib untuk dinner di sebuah tempat yang sangat indah. Katanya sih Bukit Bintang gitu deh, Bukit karena tempatnya tinggi dan Bintang itu dari cahaya lampu-lampu kota di malam hari. Cukup romantis.
“ Suka gak? “ tanya Raka.
“ Suka, ada ya tempat indah kaya gini. Mesti kamu sering ke sini sama Sandra ya? “ tebakku.
“ Gak kok, belum pernah malah. Aku tau tempat ini juga dari Danny, “ dia melanjutkan makan. “ Mau nyobain gak? Enak lho “ dia mendekatkan sendok ke mulutku, aku maju sedikit untuk mencicipinya.
“ Makasih ya Raka udah ngajak aku ke sini. Aku seneng banget malam ini, “ ucapku. Kami sedang duduk bersama di pojok restoran sambil menikmati pemandangan.
“ Sama-sama, aku sebenarnya kangen bgt sama kebersamaan kita, Na. Ohya, aku ada kado buat kamu, “ dia merogoh saku dan mengeluarkan sebuah bungkusan kecil. “ Happy Birthday, my best friend forever “ Raka merangkul pundakku dan mencium keningku.
“ Makasih.....”
lianayank,14 Jan 2011
http://cerpen.net/cerpen-remaja/ketika-aku-tanpamu.html
Aku sedang menunggu Raka, sahabatku dari kecil yang selalu ada di saat suka dan duka. Tinggi, putih, agak gemuk tapi dia lucu. Tingkahnya nggemesin seperti anak kecil, celotehannya tak pernah ada habisnya, dia tipe orang ramai and tak bisa diam. Sejak SD, kami sudah akrab. Kemanapun pergi selalu bersama. Berangkat sekolah, mengerjakan PR, jalan-jalan, dan seperti sekarang ini. Janjian di taman pukul 12 siang untuk mencari kupu-kupu indah yang Raka yakini hanya muncul di kala hari minggu yang terik seperti ini. Aneh memang kedengarannya tapi aku nurut saja apa kata Raka. Apalagi bermain bersama Raka dan menghabiskan waktu bersamanya sangatlah menyenangkan. Aku bisa melupakan hal-hal yang membuatku sedih, I can refresh my mind with Raka.
Raka is my “best friend forever”, itu yang sering dia katakan padaku. Sosoknya yang lugu dan tidak banyak tingkah membuatku sangat nyaman berada disisinya. Mungkin karena itu juga sampai saat ini belum terfikir olehku untuk mencari seorang ‘pacar’ karena dengan bersama Raka, aku merasa sudah cukup. Dia yang bisa menghiburku disaat aku sedih, memberikan lelucon-lelucon konyol dan tebakan aneh, mengajakku makan di warung tenda yang ujungnya bayar sendiri-sendiri. Atau kalau kami sedang benar-benar BT, kami membawa sebuah kamera digital dan perlengkapan piknik lainnya untuk sekedar makan bersama di bawah pohon mahoni yang rindang di pinggiran taman dekat rumah kami. Tak ketinggalan aksi narsis-narsisan kami hingga menjelang sore. Alhasil, banyak sekali koleksi foto-foto kami sekarang.
Sudah 29 menit lebih 55 detik namun belum ada tanda- tanda kedatangan Raka. Selama ini, kami mempunyai komitmen bahwa toleransi terlambat janjian adalah 30 menit pas. Jika salah satu diantara kami tidak muncul juga maka kami boleh meninggalkan tempat.
“ Kurang 5detik, “ batinku dalam hati sambil menengok kanan kiri siapa tahu tiba-tiba Raka datang, toleransi untuk Raka sudah habis untuk hari ini. Sempat terbesit dalam benakku untuk menunggu 5menit lagi tapi tidak!! Bukannya ini sudah menjadi perjanjian jauh-jauh hari? Jadi inilah konsekuensi yang harus Raka terima karena telah melanggar janji. Aku mulai melangkahkan kaki meninggalkan pohon mahoni. Panas matahari seolah siap membakar kulitku, begitu terik. Namun, saat ku pandang langit aku melihat seekor kupu-kupu terbang di atas kepalaku. Indah sekali, sayapnya berwarna merah dengan garis hitam. Inilah kupu-kupu yang kami cari. Sejenak aku menatap kupu-kupu manis ini dengan seksama. Sebenarnya aku sudah sering melihatnya namun kali ini, dikala aku menyaksikannya tanpa Raka entah kenapa kupu-kupu tersebut nampak lebih indah dari biasanya. Ia lama terbang di sekitarku hingga aku seolah tidak merasakan panasnya matahari yang membuat keningku basah kuyup. Sampai kemudian, ia terbang menjauh dan menghilang... mungkin kupu- kupu itu tidak mau mengecewakanku meskipun aku kecewa karena ketidakdatangan Raka.
Aku menuju jalan raya berjalan kaki, melihat kendaraan berlalu lalang membuatku pusing apalagi keringat sudah membanjir. Aku baru mengambil langkah untuk menyeberang ketika tiba-tiba sebuah truk meluncur kencang dari arah kiri setelah menyalip sebuah sedan merah hati padahal dalam kondisi jalan yang begitu ramai seperti ini ada larangan mendahului untuk kendaraan bermuatan berat seperti truk kuning dengan 8 roda besar yang kokoh itu. Entahlah tapi tak ada yang bisa mencegah kejadian ini. Aku yang baru 3 langkah maju benar-benar tak memiliki sedikitpun kemampuan untuk menghindar. Boro-boro untuk berlari, mundur saja aku tak bisa. Dan truk itu semakin mendekatiku, rasanya aku sedang menyaksikan malaikat maut menjemputku, yang aku pikirkan hanyalah bagaimana aku menghadap Tuhan jika aku sungguh akan dijemput? Aku juga belum berpamitan pada ibuku. Dalam hitungan detik, truk menabrak tubuhku. Dan saat itu, aku tak dapat merasakan apa-apa. Hanya saja seolah-olah aku terbang, rasanya damai sekali. Aku sempat mendengar orang-orang berteriak mungkin mencemaskan keadaanku, sebelum akhirnya aku tak sadarkan diri.
#
Aku tidur lama sekali dan aku bermimpi bertemu dengan Raka, ternyata Raka sengaja bersembunyi di belakang pohon dan membiarkanku menunggu. Namun, 1detik sebelum time out dia sudah berdiri di belakangku. Hmm....dia memang sangat menyebalkan. Dan kami menemukan kupu-kupu seperti yang aku lihat ketika aku sendirian di taman. Namun herannya, kupu-kupu itu sama indahnya.
Aku membuka mata sedikit demi sedikit, rasanya badanku sakit semua. Tapi yang paling terasa adalah kakiku. Sosok pertama yang aku tangkap adalah ibuku, kemudian ayah, kakak, dan saudara-saudaraku. Tak ketinggalan pula di sisi kiriku ada Raka disana, dia menggenggam tanganku. Raut wajahnya yang kusut berubah menjadi ceria ketika tau bahwa aku telah sadar. Aku belum bisa berkata, masih berat dan lemas sekali. Hanya senyum simpul yang dapat aku berikan untuk semua yang ada disini. Untuk menyampaikan bahwa aku baik-baik saja.
“ Na, alhamdulillah kamu udah sadar. Kamu tidur lama banget Na, “ kata Raka, walaupun ia berusaha menutupi tapi aku melihat kelopak matanya basah sedikit, Raka menangis.
“ Iya, sudah 1 hari 1 malam kamu tidur, tadi malam Raka menunggu kamu. Kami sangat khawatir, sayang, “ tambah ibu sambil membelai rambutku.
Tenggorokanku kering sehingga sulit untuk memulai berkata, tanganku memberi isyarat bahwa aku ingin minum. Ibu mengambilkan segelas air putih di meja, aku meminumnya. Alhamdulillah terasa lebih lega dan lebih ringan untuk bicara.
“ Jam berapa? “ kalimat pertama yang aku ajukan.
“ Jam 2 siang, sayang, “ jawab ibu. Aku tidur lama sekali, padahal seingatku kemarin aku memejamkan mata secara paksa sekitar pukul 12.35 sampai mataku rasanya membesar.
“ Ibu, aku kenapa? “ tanyaku lagi, aku masih belum ngeh dengan keberadaan Raka.
“ Kamu jatuh di jalan, kecelakaan. Om Dicky yang pertama menemukanmu dan membawa kamu kesini. Bagaimana perasaanmu, sayang? “ kata-kata ibu yang lembut membuatku senang. Tadinya aku pikir tak kan bisa melihatnya lagi jika saat itu nyawaku tak tertolong. Syukur alhamdulillah aku masih bisa membuka mata, terimakasih Ya Tuhan!
“ Aku lapar bu, “ celetukku tiba-tiba dan membuat geli semuanya. Aku memang sangat lapar, 24jam lebih aku tidur kan gak bisa makan dan sekarang perutku kosong sekali, untung saja maaghku gak kambuh.
“ Iya, ibu suapin makan ya, “ ibu mengambil seporsi makanan dan mulai menyuapkannya padaku. Sebenarnya makanan ini terasa aneh di lidahku, sama sekali bukan makanan kesukaanku. Gak manis, gak asin, cuma gurih sedikit. Padahal aku penyuka masakan asin sejati. Tapi ya sudahlah, namanya juga orang lapar apapun oke. Tak disangka nafsu makanku gak berubah, makanan habis aku lahap.
“ Enak makanannya ya Ren? “ tanya Reno, kakakku.
“ Gak berasa, “ jawabku singkat.
“ Kok habis? Laper apa doyan? “ ledek kakakku.
“ Orang lagi laper, ya udah makan aja. “
Raka masih terdiam di sisiku. Ups! Aku tak sadar tidak mempedulikan dia. Tapi kenapa dia jadi pendiam seperti ini? Dia sedikit sekali bicara, mana Raka yang suka bercelotah itu? Aku merasa kehilangan sesuatu dengan kebisuan Raka.
“ Raka, “ panggilku sembari menghadapnya.
“ Iya Na, “ ia kembali menggenggam tanganku, terlihat rasa bersalah yang begitu dalam tergambar di matanya.
“ Kamu kenapa? Kamu khawatir ma aku? Aku gak papa kok Raka, kamu tenang aja. “ aku berusaha menghiburnya.
“ Sayang, ibu keluar dulu ya. Kamu ngobrol dulu sama Raka, “ pamit ibu.
“ Iya, bu, “ jawabku.
“ Na, aku minta maaf gak datang, aku salah buat kamu nunggu. Dan karena aku gak jagain kamu, kamu harus berada disini , “ Raka menundukkan kepala di hadapanku, dia menangis.
“ Raka, “ aku mengelus rambutnya “ Kamu jangan merasa bersalah kaya gitu, iya sih aku kecewa kamu gak dateng tapi ya udahlah gak papa, aku gak nyalahin kamu sama sekali. Semua ini emang udah seharusnya begini, “ Raka masih tidak bergeming, ku angkat wajahnya yang tertunduk. “ Kamu kok nangis? Kamu bilang cowok gak boleh nangis, gak gentle bgt sih. Kamu gak malu apa kalo ada yang lihat? Gak malu juga ma aku? “
Tiba-tiba dia memelukku erat sekali, aku tak tahu harus berbuat apa maka aku membalas pelukannya.
“ Maafin aku Na, “ katanya lagi.
“ Iya, udah aku maafin. Udah kamu jangan minta maaf lagi, “
“ Tapi gara-gara aku kamu harus kehilangan hampir separuh hidup kamu, “ aku tak mengerti apa yang Raka katakan. Aku merasa baik-baik saja, hanya memang sedikit lemah tapi tak ada hal ganjil kok terus kenapa Raka bilang seperti itu?
“ Kamu ngomong apa sih Raka? “ aku jadi ingin tau maksud perkataannya. Sebelum Raka menjawab, ku coba gerakkan satu demi satu bagian tubuhku, tangan, kepala, dan......kaki. Ada sedikit yang berbeda ketika aku berusaha mengerakkan kakiku, berat.
“ Aduh....”, keluhku sebentar.
“ Kenapa Na? “ tanya Raka.
“ Kakiku sakit, Ka. Kok yang kiri gak bisa ditekuk ya? “ aku semakin penasaran apa yang terjadi. Tanpa pikir panjang aku buka selimut yang sedari tadi sempurna menutupi kakiku. Saking sigapnya aku bahkan Raka tak bisa melarangku untuk membukanya.
Dan......................................
Kaki kiriku cuma separuh, apa ini mimpi? Aku terbengong menyaksikannya, masih dengan ketidakberdayaannya Raka memeluk pundakku. Apa ini yang Raka bilang bahwa aku hampir kehilangan separuh hidupku? Jadi aku cacat sekarang? Kakiku di amputasi. Ya Tuhan cobaan apa ini??? Kini aku harus melanjutkan hidupku hanya dengan satu kaki. Air mataku mulai menetes, sedih, hancur dan terpukul melihat kenyataan yang harus aku jalani. Cepat sekali Engkau melakukan ini ya Tuhan, kemarin aku masih bisa berjalan dengan kokoh di atas kedua kakiku untuk menunggu Raka tapi kini? Tapi sudahlah, tiada guna menyesali apa yang sudah terjadi, aku hanya bisa meyakinkan diriku bahwa ini jalan terbaik untukku saat ini menurutNya. Karena Dia sangat sayang padaku, aku yakin ada hikmah besar yang bisa aku ambil. Aku segera menetralisir perasaanku agar Raka dan semua keluargaku tidak mengkhawatirkan hal ini, mungkin mereka takut aku akan syok ketika mengetahuinya. Sementara Raka masih memelukku sambil berlinang air mata, bahkan dia menangis lebih banyak dariku.
“ Na, maafin aku “
“ Iya, “ aku menyeka mataku yang basah dan memandangnya lagi.
“ Na, kaki kamu.....” aku tersenyum padanya, mencoba menahan gejolak hati yang tengah menerpaku saat ini. Dan aku kembali tersedu, terasa lebih dalam dan sakit. Aku pun menunduk lagi.
“ Na….., “ Raka mengelus rambutku lembut serta berusaha menenangkanku. Aku sama sekali tak mampu berkata apa-apa lagi. “ Maafin aku, Na. Tapi kamu tenang aja karena sekarang udah banyak kaki palsu dan kelak kamu bisa memakainya. Kamu masih tetap bisa sekolah dan aku akan bantu kamu. “ tambah Raka.
“ Ka, kamu masih mau kan ngajak aku jalan ke taman lagi? “ tanyaku pada Raka.
“ Iya, tentu. Aku akan ajak kamu kemanapun kamu mau, mulai sekarang aku janji gak akan pernah ninggalin kamu. Aku bakal ngejagain kamu Na tapi kamu jangan sedih ya, kamu pasti kuat. Kamu adalah cewek yang tegar. Ohya, aku juga akan nemenin tiap kamu terapi. Pokoknya selagi bisa, aku selalu di deket kamu untuk bantu kamu, Na. Kita juga bisa ke taman lagi minggu siang untuk melihat kupu-kupu, “ hibur Raka yang berusaha meyakinkanku bahwa semua tidak akan berubah walaupun aku sudah cacat.
“ Ohya Raka, kemarin aku lihat kupu-kupu itu, indah sekali bahkan lebih indah dari yang biasa kita lihat. Sayang aku lihatnya gak sama kamu, ” sesalku.
“ Besok-besok pasti kita bisa kesana lagi, aku janji. “ dan Raka mencium keningku.
#
Semenjak itu, Raka benar-benar menepati janjinya. Dia selalu menemaniku kecuali ketika ia sekolah. Yah, dengan kondisi seperti ini aku belum diijinkan masuk sekolah padahal aku rindu sekali belajar dan bertemu dengan teman-teman. Selama kurang lebih 6 bulan aku hanya bisa menghabiskan waktu di rumah, tak banyak hal yang bisa aku lakukan karena aku tak bisa melakukannya sendiri. Bosan sekali sebenarnya tapi mau gimana lagi. 1 hal yang bisa mengisi kehampaan hatiku adalah keberadaan Raka yang senantiasa menceritakan keadaan di sekolah, di tempat-tempat biasanya kita jalan sehingga walaupun di rumah aku tak ketinggalan hal-hal baru yang tak bisa kusaksikan secara langsung. Selain itu, beberapa teman kerap mengunjungiku dengan sejuta cerita. Senang sekali bisa bercanda bersama mereka lagi. Memang selama 6 bulan ini tempat yang sering aku kunjungi hanyalah rumah sakit, untuk apalagi kalau bukan untuk check up dan memulai terapi kaki. Seperti hari minggu yang cerah ini, Raka sudah sampai di rumahku pukul 9 pagi.
“ Udah mandi, Ka? “ tanyaku sambil menarik kursi roda yang kunaiki.
“ Udah dong enak aja kamu, “ balasnya.
“ Biasanya juga gak mandi kok, hehehehe “ aku mendekatinya.
“ Siap untuk terapi? “ kata Raka sambil sedikit mengacak rambutku.
“ Siap bos! “ candaku.
“ Kita berangkat sekarang yuk! “ ajaknya.
“ Oke! Ibu, ayah, Rena berangkat ya “ pamitku sebelum pergi. Tak berapa lama ayah dan ibu keluar. Raka mendorong kursi rodaku menuju mobilnya. Dengan sigap ia juga membopongku untuk masuk sementara ayah melipat kursi roda dan meletakkannya di kusi belakang.
“ Hati-hati ya, “ pesan ibu.
Ini adalah terapi ketigaku, 2 terapi sebelumnya belum memberikan banyak kemajuan karena kata dokter kakiku masih butuh pelemasan supaya lebih mudah untuk digerakkan. Tapi aku harus bisa!!
“ Raka, kamu tunggu di luar aja ya? “ pintaku sebelum masuk ruang terapi.
“ Kenapa? Aku kan pengen lihat kamu Na, “ ucapnya.
“ Gak papa tapi kalau ada kamu aku jadi gak bisa konsentrasi, “ rayuku.
“ Hmmm...ngelihat cowok ganteng kaya gini ya, hehehe “
“ Siapa bilang? Gak konsen ada makhluk jelek yang ngelihatin aku terus, “ balasku.
“ Ya udah aku tunggu disini ya tapi kalo tiba2 kamu berubah pikiran, aku siap masuk. “
Aku mulai melangkahkan kaki, berat sekali tapi suster terus memacuku untuk bergerak. Dengan sekuat tenaga aku menguatkan pegangan dan berusaha maju, keringat sudah membasahi keningku. 30 menit usai, itu tandanya usai sudah terapiku hari ini. Terapi ini memang hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja agar aku tidak terlalu capek namun harus rutin dilakukan. Setelah mengucapkan terima kasih pada dokter dan suster aku keluar dari ruangan. Raka masih duduk di sana, menungguku. Ku sunggingkan senyum ketika dia menghampiriku.
Seperti tadi pagi, dia pelan mengangkat tubuhku dari kursi roda. Entah kenapa tiba- tiba aku ingin sekali memeluknya. Kulingkarkan kedua tanganku pada lehernya dan menyandarkan kepalaku di pundaknya. Aku tak tahu apa yang aku rasakan tapi mataku basah. Hingga Raka mendudukkanku di dalam mobil. Dia tidak menyadari apa yang terjadi padaku. Kemudian Raka turut masuk dan sepertinya dia menoleh padaku.
“ Na, “ dia memegang pundakku. Aku tak sempat menghapus air mata dan melihatnya.
“ Kamu kenapa kok nangis? “ dia tampak kaget melihatku. Aku cuma menggelengkan kepala namun justru embun ini semakin deras. Aku menunduk dan Raka memelukku erat. Hatiku kebas, ini adalah masa-masa sulit ketika aku benar-benar menyadari aku tak bisa berjalan normal seperti dulu lagi. Hidupku sangat bergantung pada orang lain dan selamanya akan terus begini. Aku tak mampu berkata, hanya saja isak tangisku semakin terasa. Raka mengelus rambutku lembut.
“ Kenapa Na? Apa yang dokter bilang? “ tanya Raka cemas.
“ Dokter gak bilang apa-apa, Raka. “ jawabku, “ aku.............” tak bisa ku lanjutkan, aku kembali memeluk Raka lebih erat. Dan Rakapun tidak bertanya lebih lanjut, dia berusaha menenangkanku dengan caranya memelukku, seolah dia meyakinkan bahwa dia selalu ada untuk menghiburku.
#
Sejak kejadian itu, Raka semakin intensif menjagaku. Tapi aku jadi semakin tidak enak hati, aku merasa waktunya hanya untukku sampai ia tak bisa main sepak bola lagi. Suatu hari aku mengetahui bahwa akan ada turnamen sepak bola antar sekolah. Raka adalah andalan tim inti sekolah, aku berniat untuk menyaksikannya bersama kakakku. Namun aku sungguh kecewa ketika aku mendengar Raka tidak bisa ikut karena jadwal latihan yang terlalu padat padahal kegiatan ini sudah menjadi rutinitasnya sejak dulu, kenapa tiba-tiba dia merasa keberatan?
Sore ini Raka mengunjungiku seperti biasa....
“ Kenapa kamu gak ikut turnamen? “ kataku menginterogasi.
“ Aku pengen istirahat Na, jadi bisa terus jagain kamu, “
“ Bohong! Aku emang butuh kamu tapi aku gak suka gara-gara aku kamu gak ikut turnamen. Aku ngerti banget kamu suka sepak bola. Jagain aku bukan alasan yang tepat untuk kamu absen. Pokoknya kalau kamu tetep gak ikut, aku gak mau ketemu kamu lagi. “ kataku tegas.
“ Tapi Na...”
“ Gak ada tapi-tapian, udah cukup kan apa yang aku bilang tadi? “ aku memutar kursi roda dan masuk ke dalam kamar tanpa memberi kesempatan pada Raka untuk bicara lagi. Ku dengar ia berpamitan pada ibu dan meninggalkan rumahku.
Malam harinya.....
Aku sedang membaca buku Chicken Soup di kamar, Hpku berbunyi, ada sms. Dari Raka.
“ An, aku udah mutusin untuk ikut turnamen. Aku janji akan rajin latihan, dan aku pengen kamu nonton ya di lapangan pusat 2 hari lagi jam 2 siang. “ aku tersenyum senang membaca sms Raka.
“ Iya, insyaAlloh aku dateng. Semangat ya! “ balasku.
Tiba pada hari itu, aku datang ke lapangan sepak bola bersama kak Reno. Kami mengambil posisi paling depan pojok kanan karena aku tetap duduk di kursi roda. Aku juga bertemu beberapa teman sekolah yang ingin menyaksikan pertandingan. Aku melihat Raka bersama tim, dia menangkap keberadaanku dan berjalan menghampiri.
“ Udah siap kan Raka? “ kataku.
“ Siap!! Doain ya Na “
“ Siiip! “ ku acungkan 2 jempol ke arahnya.
Babak pertama dimulai, Raka dan tim mulai menggiring bola. Aku sangat bersyukur masih bisa menyaksikan Raka main bola. Sepanjang jalannya pertandingan sosok Raka tetap mempesona, dia sangat lihai menguasai bola. Alhasil, dia berhasil memasukkan 2 gol, hore!! Akhirnya tim Raka menang dengan skor 3-2. Sebelum pulang, kak Reno meninggalkanku ke toilet sebentar di dekat lapangan. Sedangkan aku menunggu di jajaran bangku penonton. Tiba-tiba segerombolan cowok mendekatiku, tampang mereka biasa saja sehingga aku tak banyak khawatir. Namun salah satu di antara mereka menyenggol kursi rodaku sementara yang lain tertawa dengan bahak, aku tidak berdaya untuk mengelak tapi aku yakin pasti mukaku saat ini sangat ketakutan. Dan salah satu yang sedari tadi berdiri di belakangku mendorong kursi roda yang kutumpangi dengan keras, sampai aku terjatuh.
“ Auw....” teriakku agak keras tapi cukup untuk mengalihkan perhatian Raka yang sedang berkumpul bersama tim. Dia segera berlari mendekatiku yang sudah jatuh di atas rumput lapangan dengan posisi kursi roda hampir terbalik.
“ Apa yang kalian lakukan? “ katanya geram pada segerombolan anak tadi yang ternyata masih disana dan menertawakanku. Tak ada satupun yang menjawab justru mereka tertawa semakin terbahak. Mereka baru pergi ketika anak-anak 1 tim Raka datang dan mengusir mereka.
“ Rena, kamu gak papa? “ Raka cemas. Aku hanya mengangguk dan menutupi mukaku, aku menangis. Tak disangka pertama kali aku keluar rumah, aku benar-benar tidak bisa diterima. Kenapa mereka tega melakukannya padaku. “ Jangan takut ya Na, mereka udah pergi “ kemudian Raka membopongku ke kursi roda lagi. Kak Reno yang baru datang kaget melihat bajuku kotor tapi Raka segera menjelaskannya.
#
6 bulan sudah, hari ini aku mulai bisa sekolah. Sebenarnya aku sudah bisa memakai kruk untuk berjalan namun belum terlalu lincah sehingga dokter menyarankan agar aku memakai kursi roda dulu untuk sekolah. Setiap hari Raka manjemput dan mengantarku pulang, dia juga tak jarang mengunjungiku di kelas karena kami berbeda kelas. Kedekatan kami tentu saja bukan hal yang patut diperbincangkan karena teman-teman sudah paham bahwa kami dari dulu memang sudah dekat.
“ Raka, aku pengen deh lihat kamu punya pacar, “ ucapku suatu hari ketika istirahat di kantin.
“ Ha? Pacar? Buat apa? “ candanya.
“ Raka, kamu gak lupa kan kita udah kelas tiga SMA bentar lagi kita kuliah. Masa kamu sama sekali gak pernah suka sama cewek, “ ledekku.
“ Ya pernah lah Na, tapi aku masih belum mau pacaran. Ntar kalo aku punya pacar siapa yang mau jagain kamu, “
“ Hmm...kalo itu mah gak usah khawatir. Sekarang aku udah lebih bisa ngapa-ngapain sendiri, kan aku bisa pake kruk, “ kataku. “ Aku pengen lihat kamu bahagia sama orang yang kamu sayang Ka “ kalimat itu begitu saja keluar dari mulutku, entah Raka menanggapinya dengan serius atau tidak tapi dia sempat memandangku sebentar.
Akhir-akhir ini masalah Raka dengan cewek agak menganggu pikiranku, aku sudah bersama-sama Raka sejak kelas 4 SD, jadi kurang lebih hampir 9 tahun dan selama itu jarang sekali aku mendengar Raka mendekati cewek. Apa mungkin karena kami begitu dekat sehingga cewek-cewek gak mau merespon Raka? Padahal kami kan hanya sahabat, tak lebih dari itu. Kisah cintaku memang tidak sekosong Raka. Ketika SMP kelas 2 aku sempat menyukai seseorang, namanya Dimas. Dia anak basket sekaligus aktifis OSIS, kami dekat karena kami sering bekerja sama. Aku tahu Dimas punya perasaan yang sama, dalam beberapa kesempatan dia kerap memberiku hadiah. Namun, dia tak pernah mengungkapkan perasaannya secara langsung padaku sampai akhirnya dia melanjutkan SMA di luar kota. Setelah itu aku tak pernah mendengar kabarnya tapi 2 bulan yang lalu ketika ia tahu aku kecelakaan dia datang menjenguk, masih dengan ketidakjelasan dan tanpa kata-kata mengenai hubungan kami. Saat itu, Raka tak henti-hentinya meledekku. Katanya Dimas tuh sebenarnya sayang sama aku tapi terlalu gengsi untuk jujur ( sok tau bgt ya ). Sampai saat ini, alhamdulillah kami masih berkomunikasi. Beberapa kali juga aku ditembak cowok, ada yang lewat teman sekelas, ngajak ketemuan lewat surat, dan tak sedikit yang meminta bantuan Raka karena mereka pikir Raka tau segalanya tentang aku. Bahkan di saat aku ultah atau perayaan valentine tiba- tiba aku mendapatkan kado yang datang dari Raka.
Tak terasa kami sudah masuk semester 2 kelas 3, itu artinya UAN semakin dekat. Syukur alhamdulillah kakiku sudah mudah untuk bergerak, kini aku bisa memakai kruk untuk sekolah. Tapi mulai awal semester ini aku menangkap sebuah perubahan dalam diri Raka. Dia jarang mengunjungiku, bukan jarang tepatnya tapi tidak sesering dulu ( dulu kan setiap hari ). Tapi aku maklum karena seluruh siswa kelas 3 memang sangat sibuk menghadapi UAN, mulai dari pengayaan di sekolah belum lagi les privat yang aku ambil di rumah untuk lebih mengintensifkan belajarku. Sosialisasi dari beberapa universitas juga sudah banyak yang mendatangi sekolah kami. Aku mengikuti jalur pmdk sebuah universitas negeri di semarang sedangkan Raka memilih jurusan komunikasi di kota yang sama. Untung saja persyaratannya tidak terlalu ribet, aku hanya perlu mengumpulkan fotokopi raport yang sudah dilegalisir, selebihnya pihak TU yang mengurus.
Suatu ketika kak Reno mengajakku jalan-jalan naik mobil. Di depan sebuah toko aksesoris, aku melihat Raka dengan seorang cewek. Kalo aku tidak salah lihat itu kan Sandra, teman seangkatan sesama aktif di OSIS waktu SMP dulu. Senyum tersungging di bibirku, aku senang melihat Raka pergi berdua dengan cewek. Tapi kenapa Raka tidak bercerita apa-apa ya?
“ Na, aku mau ajak kamu ke taman minggu besok. Kamu mau kan? “ tanya Raka ketika menjemputku jumat pagi.
“ Oke, aku tunggu ya “
Waktu merangkak begitu cepat, hari minggu tiba. Aku sudah siap dijemput pukul 11 dan tak berapa lama Rakapun datang. Kami menuju ke taman, sudah cukup lama kami tidak kesini jadi aku sangat rindu tempat yang menyimpan begitu banyak kenanganku bersama Raka. Aku berjalan tertatih dengan kruk, Raka setia mengiringi langkahku yang begitu pelan hingga kami sampai di bawah pohon mahoni besar yang semakin rimbun.
“ Tumben kamu ajak aku kesini, Raka, “ tegurku.
“ Aku pengen ngobrol banyak ma kamu, Na, “ dia bersandar di batang pohon yang besar. Aku menoleh ke arahnya. “ Mau bersandar sama aku? “ kata Raka menawari, tangannya terbuka. Tanpa ragu aku menyambutnya, aku mundur sedikit lalu menyandarkan tubuhku di lengan kirinya. Dia memelukku lagi, kepalaku tepat sekali berada di bawah kepalanya.
“ Mau ngobrol apa? “
“ Aku lagi deket sama cewek, Na “
“ Sama Sandra ya? “ kataku seolah menebak.
“ Kok kamu tau? “ dia kaget karena tebakanku benar.
“ Iya dong, Rena gitu loh. Tapi kamu kok gak cerita ma aku sih, “
“ Ini lagi mau cerita. Aku deket sama dia juga belum lama, sekitar 1 bulan ini. Dia baik, lucu, perhatian. Aku juga mengagumi kepribadiannya tapi aku masih belum yakin apa dia cewek yang cocok untukku. Aku gak mau salah langkah Na apalagi sampai menyakiti perasaan Sandra tapi sampai saat ini aku gak bisa berbuat banyak. “ Raka terlihat sangat bingung.
“ Raka, perjuangan kamu baru di mulai, kamu jangan putus asa dulu dong. Kamu harus berani ambil resiko, kamu gak akan tau hasilnya sebelum mencoba kan? Jadi kamu seharusnya positive thinking, sepahit apapun yang akan terjadi kamu harus terima. Cinta itu sudah selayaknya diperjuangkan, dan sebagai cowok tunjukkan kejantananmu. Hehehe, “ aku memegang tangan Raka dan menatapnya. “ Alloh selalu bersama orang yang mau berusaha, kamu itu orang baik dan insyaAlloh orang baik gak akan jauh dari kebaikan. Kamu harus percaya itu ya, “ Raka tersenyum mendengar kata-kataku.
“ Makasih ya Na, kamu selalu bisa membuatku tenang. Aku sayang bgt sama kamu, Na, “
“ Iya dong, kita kan BFF ( best friend forever ) “ ucapku lalu mencubit pipinya.
#
Kini, kami sudah beranjak remaja, 18 tahun. Kami kuliah di kota yang sama namun berbeda universitas. Kami diterima lewat jalur pmdk yang pernah kami ikuti dulu. Sudah 2 tahun pula sejak kecelakaan itu, kini aku bisa mandiri. Kuliahku menyenangkan, kadang-kadang Raka berkunjung ke kostku jika ada waktu luang. Ohya, mengenai Sandra aku tidak pernah mendengar tentangnya lagi dari Raka sejak di taman itu. Tapi Lani bilang Sandra juga kuliah di kota ini.
Sabtu sore, Raka janji akan datang ke kost. Aku menunggunya sedari pukul 5 sembari ngobrol dengan anak-anak kost. Sampai adzan maghrib dan menjelang pukul 7 Raka belum datang. Lalu kuputuskan untuk menunggunya diluar. Semakin malam udara semakin dingin, untung saja aku ditemani Dina dan Eva.
“ Emang tadi Raka bilang mau ke sini jam berapa Na? “ tanya Eva.
“ Gak bilang tepatnya sih, cuma katanya sore, itu doang. “
“ Ini udah hampir jam8 lho, mungkin aja Raka ada kepentingan jadi gak dateng. “ kata Dina.
“ Tapi kan mestinya dia ngabarin. Kamu udah berusaha sms dia? “ tambah Eva.
“ Hpnya gak aktif, “ jawabku lemah.
1 jam lewat sudah, jam berkunjung kost juga sudah habis. Dina dan Eva mengajakku masuk apalagi hujan mulai turun namun aku masih berat. Sampai kak Mira merayuku dan memintaku masuk baru aku nurut. Eva membalik kursi rodaku dan mendorongnya masuk. Baru saja kami hendak memasuki daun pintu, aku mendengar suara Raka memanggil.
“ Rena....” aku menoleh dan benar Raka berdiri di pintu gerbang yang sudah tertutup.
“ Raka...” aku begitu senang dengan kedatangannya. Aku kembali membalikkan kursi roda dan hendak menghampiri Raka tapi ka Mira menghentikanku, mengambil payung ke dalam lalu berjalan menuju gerbang, membukakan pintu untuk Raka. Sementara aku menunggu di teras.
“ Maafin aku, Na “ dia spontan memelukku, tidak terlalu erat karena dia sadar bajunya basah dan dia gak mau membuatku kedinginan. “ Hpku ketinggalan, aku gak bisa ngasih tau kamu. Tapi aku janji aku akan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Kamu mau maafin aku kan? “ pinta Raka sambil memegang kedua pipiku. Dan aku mengangguk. Sekali lagi dia mendekapku tapi tiba-tiba aku merasa lemas sekali, pusing dan aku tak sadarkan diri.
#
Aku bermimpi.........
Ku lihat Raka pergi meninggalkanku bersama seorang wanita, dia bahkan tidak peduli padaku ketika aku berteriak memanggilnya. Dia terus berjalan menjauh dariku bahkan tidak menolong saat aku terjatuh dari kruk. Aku takut sekali...
“ Raka....” aku terbangun. Ini masih tengah malam, pukul 2 pagi. Kak Mira dan Eva menungguku, mereka baik sekali. Untung mereka tidak terbangun dengan teriakanku. Aku merasa lebih baik, tidak pusing lagi. Namun bayang-bayang Raka dalam mimpi masih menganggu. Apa arti dari mimpi barusan?? Ku ambil HP lalu ku buka foto kami berdua ketika awal kuliah dulu. Aku sayang Raka......
Untuk menebus kesalahannya, minggu pagi Raka sudah stand by di kost. Dia mengajakku ke taman dekat kampusnya. Dari dulu kami memang sangat identik dengan taman ya? Dimanapun berada, tempat yang paling nyaman bagi kami adalah taman.
“ Kamu kok cemberut aja, Na? “ tegur Raka dalam perjalanan. “ Kamu marah ma aku ya? “
“ Kalo iya kenapa? Kamu ingkar janji, Raka “
“ Aku tau aku salah, Na. Tapi semua ada penjelasannya, kamu mau dengerin kan? “
Sesampainya di taman, Raka mendorong kursi rodaku menuju tempat duduk di dekat air mancur. Dia mulai berkata....
“ Sebenarnya sebelum aku ngajak kamu pergi kemaren sore, aku berencana ngajak Sandra jalan. Tapi dia menolak jadi aku kepikiran untuk dateng ke kost kamu aja. Ternyata di luar rencana sabtu siang Sandra telepon dan bilang dia mau jalan ma aku. Waktu itu aku udah bilang kalau aku punya janji sama kamu tapi katanya kalau cuma itu kesempatanku, dia gak akan pernah mau aku ajak pergi lagi lain waktu. Karena saking bingungnya, sampai Hpku ketinggalan padahal niatnya aku mau sms kamu. Aku juga tak enak hati pinjam hp Sandra. Jadi selesai nganter Sandra pulang, aku berusaha untuk menemui kamu walaupun sebentar. Aku nyesel atas kejadian ini, Na. Aku gak bermaksud buat kamu nunggu di luar selama itu dan buat kamu pingsan gara-gara kedinginan. Aku minta maaf, “ Raka meraih tanganku dan menggenggamnya erat. Jauh dalam lubuk hati, aku sungguh kecewa pada Raka. Kini aku baru benar-benar merasa akan kehilangan Raka, walaupun aku pernah bilang ingin melihatnya bahagia bersama orang yang dia sayang namun sepertinya bukan Sandra cewek yang aku maksud.
“ Ohya Na, aku pengen kamu ketemu Sandra. “ Raka pergi sebentar lalu kembali bersama Sandra. Ia cantik, manis, putih, dan tentu saja sudah banyak berubah sejak menjadi mahasiswi.
“ Kami udah jadian, Na “ kata Raka. Sandra tersenyum dan mengulurkan tangan. Aku membalas dengan kikuk. Mereka jadian? Secepat itu? Kenapa berita ini begitu memukulku? Aku bahkan tidak merasa ada firasat apa-apa, hanya mimpi tidak jelas tadi malam kan??
“ Selamat ya, semoga kalian langgeng, “ aku berusaha menunjukkan bahwa aku turut bahagia. Meskipun hati ini belum rela.
“ Makasih, Na “ balas Sandra.
“ Emm...Raka, aku mau pulang sekarang “ kataku.
“ Kita kan belum makan, Na. Lagian kita baru sebentar di sini, “ Raka mencegahku.
“ Iya, Na. Mending kamu temenin Raka jalan-jalan dulu soalnya aku gak bisa lama-lama, aku ada janji sama temen. “ Sandra menambahkan. Aku mengangguk tanda setuju lalu ia pun pergi.
Kemudian Raka mengajakku keliling taman, ada banyak bunga-bunga indah, beraneka ragam, serta tak ketinggalan kupu-kupu. Aku sangat senang ketika sebuah kupu-kupu cantik hinggap di lenganku.
“ Kupu-kupunya bagus ya, Raka “ aku diam mengamatinya, Raka juga ikut duduk di sampingku. Tak berapa lama kupu-kupu terbang tinggi....
“ Aku seneng lihat kamu senyum kaya gini, Na. Kamu jangan pingsan-pingsan lagi ya, aku takut kamu kenapa-kenapa. “ muka Raka sangat serius, gak biasanya.
“ Apaan sih serius amat, kemaren kan aku kecapekan nunggu kamu jadi aku pingsan tapi sekarang aku udah sehat lagi, lihat kan? “
“ Iya, aku emang salah. Aku punya tanggung jawab penuh jagain kamu di sini, Na. Ayah ibu kamu udah percaya bgt sama aku dan aku gak pengen ngecewain mereka. “ kami menatap satu sama lain.
“ Raka, aku boleh peluk kamu? “ tanyaku.
“ Kenapa harus ijin dulu? “ katanya heran.
“ Karena sekarang kamu bukan jomblo lagi, aku gak mau bikin Sandra cemburu dan marah sama kamu gara-gara kita terlalu deket. Gimanapun juga kamu harus mikirin perasan Sandra karena dia adalah pacar kamu, “ aku mengingatkan Raka sejenak akan statusnya sekarang.
“ Tapi aku gak pengen persahabatan kita berubah, Na. Aku ingin kita tetap sama. Dulu, kemaren, besok, dan seterusnya. “ Aku langsung merangkulnya sebelum dia melihat mataku basah. Takut yang aku rasakan di mimpi tadi malam sungguh jelas tergambar sekarang, mungkin inilah yang ingin Alloh kasih tau padaku.
Dan benar saja, pertemuanku dan Raka semakin jarang saja. Aku memang tidak pernah minta ketemu. Dalam artian, aku tidak mengharuskan Raka datang 1minggu 3 kali seperti biasanya. Raka hanya datang tiap jumat sore, itu juga tidak lama. Selebihnya dia menghabiskan waktu bersama Sandra, pacarnya. Jujur aku merasa sangat kehilangan sosok Raka, hubungan kami kebanyakan dari komunikasi saja. Tapi tak apalah yang penting Raka tidak lupa padaku. Sampai aku berkenalan dengan Gilang, anak Akuntansi 2 tahun di atasku. Kami bertemu di acara seminar nasional mengenai dunia tulis menulis yang diselenggarakan oleh Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Gilang kerap mengunjungiku ke kost, badannya tinggi tegap, manis, dan berotot, dia pemain basket. Kadang aku berkata apa dia gak malu jalan ma aku padahal semua orang juga tau sangat repot bepergian bersamaku. Yang harus mengiringi langkahku dengan kruk.
“ Aku gak akan kehilangan muka gara-gara jalan atau ketemu sama kamu, Ren. Tapi yang pasti aku ingin sekali jadi orang yang bisa jagain kamu. Aku gak rela cewek manis dan berkepribadian mulia seperti kamu di sia-siakan. Aku tau kamu gak selemah yang orang lihat. Karena kamu selalu bertekad untuk sembuh, sembuh, dan sembuh. Itulah yang buat aku sadar bahwa aku harus mensyukuri apa yang aku punya sekarang. Dan karena kamu juga, aku bisa bersikap lebih baik kepada orang tuaku. Dalam kondisi begini, kamu masih bisa ngajarin orang yang secara fisik sehat seperti aku ini. Kamu bahkan lebih mengenal hidup dan kehidupan jauh dibanding aku. Aku senang bisa ketemu dan kenal kamu, Na, “ itu yang Gilang katakan, bijaksana ya.
Aku akui perhatian Gilang lebih banyak dari Raka, aku pun tak bisa menyalahkan Raka karena dia punya pacar. Itu semua adalah hak Raka sepenuhnya. Tapi memang rasa kehilangan itu tetap ada. Selama 9 tahun, Raka sudah menemaniku. Sekarang saatnya Raka mencari kebahagiaannya, aku akan berusaha ikhlas. Dengan lebih mendekatkan diri pada Gilang, aku berharap bisa sedikit melupakan kekosongan hatiku gara-gara Raka tapi sulit sekali. Gilang juga tau tentang Raka.
2 hari sebelum tgl 15 Mei yang berarti hari ulang tahunku, Raka datang ke kost. Ini adalah kunjungan pertamanya setelah 10 hari lamanya.
“ Na, kamu mau hadiah apa besok? “ tanyanya.
“ Aku gak minta apa-apa, aku cuma pengen kita tetep jadi sahabat untuk selamanya. “
“ Ah, sok romantis kamu, “ ledeknya. “ Kalo gitu, aku traktir kamu makan aja ya “
“ Wah, mau dong ditraktir. Aku jadi semangat nih, hehehe “
“ Huu dasar! Tapi aku pengen kita pergi berdua aja ya, lama kan kita gak jalan? “
“ Ya iya lah orang kamu sibuk pacaran terus, “ candaku sembari tersenyum.
Kali ini Raka tidak bohong, dia menjemputku sehabis maghrib untuk dinner di sebuah tempat yang sangat indah. Katanya sih Bukit Bintang gitu deh, Bukit karena tempatnya tinggi dan Bintang itu dari cahaya lampu-lampu kota di malam hari. Cukup romantis.
“ Suka gak? “ tanya Raka.
“ Suka, ada ya tempat indah kaya gini. Mesti kamu sering ke sini sama Sandra ya? “ tebakku.
“ Gak kok, belum pernah malah. Aku tau tempat ini juga dari Danny, “ dia melanjutkan makan. “ Mau nyobain gak? Enak lho “ dia mendekatkan sendok ke mulutku, aku maju sedikit untuk mencicipinya.
“ Makasih ya Raka udah ngajak aku ke sini. Aku seneng banget malam ini, “ ucapku. Kami sedang duduk bersama di pojok restoran sambil menikmati pemandangan.
“ Sama-sama, aku sebenarnya kangen bgt sama kebersamaan kita, Na. Ohya, aku ada kado buat kamu, “ dia merogoh saku dan mengeluarkan sebuah bungkusan kecil. “ Happy Birthday, my best friend forever “ Raka merangkul pundakku dan mencium keningku.
“ Makasih.....”
lianayank,14 Jan 2011
http://cerpen.net/cerpen-remaja/ketika-aku-tanpamu.html
Langganan:
Postingan (Atom)